Selasa 13 Feb 2018 18:28 WIB

Polda Jatim: Dua Perusak Masjid Diamankan, Satu Diduga Gila

Perusakan masjid di Tuban terjadi pada Selasa dini hari.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andri Saubani
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera.
Foto: Antara
Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Frans Barung Mangera.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera mengungkapkan adanya peristiwa perusakan masjid Baiturrahim di Tuban, Jawa Timur yang dilakukan oleh sekolompok orang. Frans menjelaskan, kejadian perusakan masjid di Tuban terjadi pada Selasa (13/2) pukul 01.00 WIB dini hari.

Kemudian, pada pukul 03.00 WIB, Polres Tuban mampu mengamankan pelaku. "Semua langsung diamankan, saat diamankan teriak-teriak. Satu pelaku akan ditangani Polda Jatim untuk diperiksakan dulu, (di Polres Tuban)" ujar Frans di Surabaya, Selasa (13/2).

Frans menjelaskan, saat ini yang sudah diamankan ada dua pelaku. Satu pelaku diketahui bernama M. Zaenudin (40) warga desa Karangharjo RT. 02 RW 01 Kecamatan Kragan, Rembang, Jawa Tengah.

photo
Infografis penyerangan ulama oleh orang gila.

"Satu pelaku ini kami amankan di Polda Jatim tapi kami periksakan dulu karena indikasi gangguan jiwa. Sedangkan yang lain masih dalam penangangan Polres Tuban, satunya ada di rumah sakit Tuban sana karena alami luka," ujar Frans.

Frans menambahkan, sebelum kejadian, pelaku M. Zaenudin sempat mencari-cari seorang Kyai Pondok Al-Ishlahiyah, Gus Mad. Namun seorang warga bernama Muhammad sempat menanyakan tujuan pelaku mencari-cari sampai belakang masjid.

"Pelaku malah marah dan memukul Muhammad. Terus terjadi insiden pemecahan kaca masjid, lalu ada masyarakat yang melerai sampai diamankan oleh kepolisian," kata Frans.

Dalam proses pemeriksaan, kepolisian menemukan buku-buku ilmu sufi dan buku makrifat. Namun, Frans belum mau menjelaskan terlalu jauh terkait dugaan ilmu menyimpang dan lain-lain karena masih dikembangkan oleh Polda Jatim.

"Saya minta tidak ada persepsi yang aneh-aneh dari masyarakat. Sumber yang menyatakan tunggu konfirmasi dari saya, motifnya juga belum tahu. Jangan terbawa isu intoleran yang sudah ada. Memang ini masuk tindak kriminal, tapi belum tahu motifnya," kata Frans.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement