Senin 12 Feb 2018 17:03 WIB

Dahnil Anzar: Penyerangan Rumah Ibadah Ancam Toleransi

Polisi juga harus mengungkap motif penyerangan terhadap para ulama

Rep: Novita Intan/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah meminta pihak kepolisian mengusut latar belakang penyerangan dan kekerasan terhadap pemuka agama. Sebab, kejadian berenten tersebut merupakan perbuatan kriminal dan mengancam umat beragama.

"Polisi harus mengusut latarbelakang penyerangan tersebut. Upaya penyerangan terhadap pendeta tersebut terang adalah perbuatan kriminal serius dan seolah memberikan simbol-simbol ancaman terhadap umat beragama yang melaksanakan Ibadah," ujar Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak kepada Republika.co.id, Jakarta, Senin (12/2).

Menurutnya, upaya penyerangan yang terjadi pada Ahad pagi (11/2) sama halnya seperti penyerangan terhadap para ustaz yang sebelumnya juga terjadi di Jawa Barat. "Polisi harus segera mengungkap motif-motif penyerangan tersebut," ungkapnya.

Kendati demikian, ia meminta umat beragama harus tetap tenang dan waspada terhadap upaya-upaya provokasi untuk mengganggu toleransi umat beragama di Indonesia. Dari catatan Republika.co.id, setidaknya ada empat serangan terhadap ulama dan ustaz yang terkonfirmasi dalam tiga pekan terakhir ini.

Serangan pertama menimpa pengasuh Pondok Pesantren al-Hiadayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Emon Umar Basyri, Sabtu (27/1). Serangan kedua terjadi pada 1 Februari 2018 dengan korban Ustaz Prawoto, Komandan Brigade Pimpinan Pusat Persatuan Islam (Persis).

Prawoto meninggal dunia oleh serangan yang dilakukan oknum tetangga yang diduga alami gangguan kejiwaan. Kemudian ada serangan terhadap seorang santri dari Pesantren Al-Futuhat Garut oleh enam orang tak dikenal.

Ada juga seorang pria yang bermasalah dengan kejiwaannya bersembunyi di atas Masjid At Tawakkal Kota Bandung mengacung-acungkan pisau. Terakhir, pada Ahad (11/2), pendeta dan jemaat Gereja Santa Lidwina, Kabupaten Sleman, DIY, diserang.

Empat jemaat luka-luka dan pendeta yang memimpin ibadah pun terluka akibat serangan menggunakan pedang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement