Selasa 06 Feb 2018 01:46 WIB

Evakuasi Korban Longsor Perimeter Sudah Berjalan 8 Jam

Petugas terus mengajak bicara korban untuk menjaga responsnya.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah petugas gabungan dari badan SAR, TNI, Kepolisian dan Pemadam Kebakaran Bandara Soetta melakukan evakuasi terhadap korban longsor tembok under pass perlintasan Kereta Bandara Soetta di kawasan Parimeter Selatan, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (5/2) malam.
Foto: Antara
Sejumlah petugas gabungan dari badan SAR, TNI, Kepolisian dan Pemadam Kebakaran Bandara Soetta melakukan evakuasi terhadap korban longsor tembok under pass perlintasan Kereta Bandara Soetta di kawasan Parimeter Selatan, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (5/2) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Evakuasi korban longsor tembok KA bandara di underpass jalan perimeter Bandara Soekarno-Hatta masih berlangsung hingga Selasa (6/2) pukul 01.40. Ini berarti proses evakuasi sudah berlangsung sekitar delapan jam namun korban yang tertimbun belum dapat dikeluarkan dari reruntuhan.

Tercatat sudah delapan truk yang mengangkut material longsoran dan diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat evakuasi masih berjalan. Petugas dari kepolisian, tim SAR, dan tim medis terus berupaya agar korban bisa diselamatkan.

Sejumlah alat berat termasuk alat potong beton dikerahkan dan ambulans ikut disiagakan di lokasi kejadian. Petugas kepolisian mengimbau masyarakat dan awak media agar menjauh dari lokasi agar tidak menghalangi kerja petugas.

"Kita buka gap antara konkret yang rubuh dengan korban. Sudah kita tahan dengan hidrolik yang sebenarnya kapasitas terbatas. Kita sudah berkoordinasi dengan tim pembangun jalan bahwa beratnya ini 50 sampai 60 ton," kata Hendra Sudirman, Kepala Kantor SAR Jakarta.

Tim medis bahkan mengulurkan bantal dan oksigen agar korban yang tertimbun tetap dapat bertahan hidup. "Salah satu korban kita ajak bicara, kita koordinasi dengan tim medis memberikan bantuan infus dan oksigen," imbuhnya.

Menurut Hendra, dari dua korban masih ada satu orang yang bisa diajak berkomunikasi. Sedangkan satu orang lainnya tidak memberikan respons saat diajak berkomunikasi. "Komunikasi yang kita buat penguatan mental, pertanyaan terbuka, untuk menjaga respons si korban," ungkap Hendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement