Jumat 02 Feb 2018 18:13 WIB

RSHS Benarkan Pasien Difteri Asal Cimahi Meninggal Dunia

Pasien rujukan dari RS Cibabat ini masuk ke RSHS pada 30 Januari 2018.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andri Saubani
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Pratiwi memberikan keterangan kepada media terkait balita asal Cimahi yang suspect Difteri dan meninggal, Jumat (2/2).
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi, Pratiwi memberikan keterangan kepada media terkait balita asal Cimahi yang suspect Difteri dan meninggal, Jumat (2/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) membenarkan telah merawat pasien MD (5 tahun) asal Cimahi Jawa Barat. Menurut Kepala Subbag Humas RSHS, Nurul Wulandhani, pasien rujukan dari RS Cibabat ini masuk ke RSHS pada 30 Januari 2018.

Nurul menjelaskan, pasien MD sempat dirawat di ruang intensif khusus. Bakan, keadaan pasien sempat mengalami perbaikan. Namun, pada 31 Januari 2018 pukul 17.00 WIB kondisi pasien mulai memburuk.

"Akhirnya pada pada 1 Februari 2018 pukul 19.00 WIB pasien dinyatakan meninggal," ujar Nurul kepada wartawan, Jumat (2/2).

Perlu diketahui, sebelum dirawat di RSHS Warga Cimahi pertama yang menderita difteri tersebut datang ke IGD Cibabat pada tanggal 29, pukul 11 malam. Lalu, dirujuk pada 30 Januari pukul dua pagi ke RSHS.

Infografis, Dampak Mematikan Difteri.

Sementara, menurut Kepala Seksi Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan Jabar, Yus Ruseno, Pemerintah pusat memperluas jangkauan sasaran vaksinasi difteri melaluiORI (Outbreak Respon Imunization) di Jabar pada 2018 ini. Semula hanya lima wilayah yang menjadi target pelaksanaan ORI di Jabar yaitu di Purwarta, Karawang, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, dan Depok dengan jumlah sasaran 3,6 juta jiwa usia 1-19 tahun.

Saat ini, sebanyak sembilan kota/kabupaten di Jabar menjadi sasaran ORI sehingga jumlah wilayah yang menjadi sasaran ORI menjadi 14 wilayah. Yus mengatakan, jumlah sasaran dari ke 14 wilayah tersebut menjadi 10.152.836 jiwa.

Ketika ditanya kasus difteri di daerah yang diluar sasaran ORI, Yus mengatakan, pihaknya menyarankan kota/kabupaten itu menggunakan buffer stock yang ada. Jika mereka kekurangan bisa mengajukan ke provinsi.

Dinkes Jabar pun jika tidak memiliki stok, akan mengajukannya ke pusat. "Jadi untuk daerah di luar sasaran ORI, pemberian vaksi hanya di satu kecamatan saja," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement