REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mengungkapkan seorang balita bernama M Dicki (5) dinyatakan suspect difteri yang mengakibatkan kematian. Kondisi saat ini, pihak keluarga telah menguburkan jenazah balita warga Kampung Babakan Kidul RT 04 RW 04 Kelurahan Cigugur Tengah, Kota Cimahi.
Kepala Dinkes Kota Cimahi, Pratiwi mengatakan awalnya korban merasakan sakit demam dan bengkak di leher, Jumat (26/1) lalu. Kemudian, kedua orangtuanya membawa anaknya itu ke klinik perusahaan. Saat itu, katanya korban didiagnosa mengalami demam. Sehingga selanjutnya disarankan istirahat dan diberi obat.
Selanjutnya, pada Senin (29/1) kondisi korban masih demam dan bengkak di lehernya. Sehingga, dibawa kembali ke klinik perusahaan. Namun, pihak klinik merujuk anak tersebut ke RS Kasih Bunda. Sekitar pukul 22.00 WIB, saat tiba di rumah sakit, korban dirujuk kembali ke RS Cibabat.
Menurutnya, tiba di RS Cibabat pukul 23.00 WIB, korban langsung dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) karena ada pseudomembran dan mengalami sesak nafas sekitar pukul 02. 00 WIB, Selasa (30/1). Dari hasil pemeriksaan oleh tim komite ahli RSHS, katanya korban membutuhkan Anti Difteri Serum (ADS) sebanyak 80 ribu IU serta menjalani operasi pemasangan drain di leher kanan dan kiri.
"Pada Rabu (31/1) sore, kondisi korban saat itu baik tapi kondisi pernafasan agak berat. Kamis (1/2), sekitar pukul 17.45 WIB korban dinyatakan meninggal," ujarnya saat ditemui di ruangan kerjanya, Jumat (2/2).
Dirinya menambahkan, diketahui jika korban memiliki riwayat imunisasi yang tidak lengkap hanya satu kali. Selain itu, setiap Senin hingga Sabtu, korban sering dititipkan ke rumah neneknya di kampung tersebut namun beda RT.
Menurutnya, sekitar 10 hingga 11 Januari lalu, korban pernah pergi ke Cililin, Kabupaten Bandung Barat untuk menengok kakaknya rutin dua minggu sekali. "Penularannya harus dicari dari mana, kita tidak tahu apakah tertular dari sana (Cililin)," ungkapnya.
Pratiwi mengatakan, berdasarkan informasi tersebut pihaknya melakukan penyelidikan epidemiologi serta mengambil ADS ke kementerian kesehatan. Selain itu, mengimbau kepada seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit se Kota Cimahi untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit difteri.
Ia menuturkan, ke depan pihaknya akan melakukan pengambilan apus tenggorokan kepada orang orang yang berkontak dengan korban sebanyak 30 orang dan memberikan antibiotik profilaksis. Selain itu menyebarkan surat edaran kewaspadaan penyakit difteri.
Menurutnya, pihaknya juga akan melakukan surveilans ketat selama enam bulan terhadap peningkatan kasus tonsilitis, faringitis, cakupan imunisasi DPT 5 tahun terakhir dan pemantauan cold chain.
Wakil Wali Kota Cimahi, Ngatiyana mengatakan pihaknya akan mendorong agar seluruh masyarakat diberikan vaksin sehingga potensi mendapatkan penyakit difteri bisa diminimalisasi. "Masyarakat nggak usah takut divaksin," ungkapnya.