REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng) menyebutkan sepanjang tahun ini menemukan setidaknya tiga kasus difteri positif yang tersebar di tiga kabupaten/kota. "Sampai hari ini, kami temukan tiga kasus difteri positif. Yakni, di Semarang, Karanganyar, dan Kendal," kata Kepala Dinkes Jateng dr Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis (14/12).
Kasus pertama, kata dia, terjadi pada Januari 2017 dengan satu pasien asal Semarang dan kedua pada Juni 2017 di Karanganyar, tetapi keduanya sudah sembuh setelah diobati. Ketiga, ia menyebutkan satu pasien berusia empat tahun asal Kendal pada Desember 2017 yang dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang, dan akhirnya meninggal karena kondisinya sudah parah.
"Masih ada dua pasien lagi yang dirawat di RSUP dr Kariadi. Masih 'suspect', belum positif. Namun, tetap diberikan penanganan intensif, ditambah serangkaian tes," tuturnya.
Dari ketiga kasus difteri positif yang ditemukan di Jateng, kata dia, semuanya dalam status imunisasi yang tidak lengkap, artinya mereka belum memenuhi imunisasi dasar secara lengkap. Diakui Yulianto, dari 8.573 desa yang tersebar di Jateng, pelaksanaan imunisasi dasar secara lengkap sudah nisbi bagus, yakni mencakup 99,74 persennya, tetapi memang belum semua.
"Masih ada 0,26 persen anak yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Makanya, kami terus berkoordinasi dengan Dinkes kabupaten/kota agar cakupan imunisasinya 100 persen," ujarnya.
Menurut dia, kasus difteri sangat berpotensi terjadi pada populasi rawan, yakni mereka yang belum mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap sehingga sangat membutuhkan partisipasi masyarakat. "Yang jelas, kami sudah menyediakan vaksin yang cukup untuk seluruh warga Jateng. Sasaran imunisasi dasar setiap tahun ada 625 ribu anak. Vaksin cukup untuk seluruh anak," ujarnya menambahkan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kendal Muntoha membenarkan pasien difteri asal Kendal itu sudah dalam kondisi parah saat dirujuk. "Pasien dibawa oleh keluarganya ke Rumah Sakit Islam (RSI) Kendal, tetapi setelah diperiksa kondisinya parah langsung dirujuk ke RSUP dr Kariadi Semarang. Dinyatakan positif difteri," katanya.
Ia mengatakan memang ada faktor ketidaktahuan dari keluarganya mengenai gejala-gejala difteri dan dampak mematikannya sehingga terlambat membawa pasien tersebut ke rumah sakit.
Ketua Divisi Infeksi Tropis Bagian Anak RSUP dr Kariadi dr Hapsari, SpA (K) menambahkan dua pasien terduga difteri masih dirawat di ruang isolasi, tetapi kondisinya sudah baik. "Kami masih terus lakukan pemeriksaan ulangan. Memang ada bakteri di dalam tenggorokannya, namun hasilnya belum confirm difteri. Kalau tiga kali tes negatif, bisa keluar," katanya.