Selasa 23 Jan 2018 21:42 WIB

Menhan AS Mintai Pendapat Wiranto Soal Penanganan Teroris

Wiranto dimintai pendapat terkait masalah yang terjadi di Myanmar

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bayu Hermawan
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia - Wiranto
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Hak Asasi Manusia - Wiranto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Republik Indonesia (RI) Wiranto melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) James Mattis. Wiranto dimintai pendapat terkait masalah yang terjadi di Myanmar dan terkait masalah penanganan terorisme.

"Saat ini AS memandang Indonesia sebagai suatu negara yang cukup strategis untuk menjadi partner dalam rangka menjaga kedamaian kawasan. Sehingga, pembicaraan saya tentu sangat luas mencakup berbagai hal," ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (23/1).

Karena pemahaman AS tersebut, pada pertemuannya itu ia dimintai pendapat menyangkut kondisi di Myanmar. Kondisi yang dinilai cukup serius untuk ditindaklanjuti. Selain itu, AS juga meminta pendapat berdasarkan pengalaman Indonesia mengatasi terorisme. "Indonesia dikenal sebagai negara yang berhasil menangani terorisme dan kita punya metode hard dan soft approach ya. Selain di hilir, kita juga menangani di hulu sangat serius," katanya.

Wiranto juga menyebutkan, kemitraan antara Indonesia dengan AS sudah berlangsung cukup lama. Sudah banyak pula hubungan bilateral antara dua negara baik dari sisi perdagangan, pendidikan, militer, pembelian alutsista, dan politik luar negeri yang dijalin. Selain meminta pendapat Wiranto, mereka juga melakukan pembahasan terkait keamanan kawasan. Baik itu di Indo-Pasifik, Laut Cina Selatan, dan Perairan Sulu, semuanya kata Wiranto mendapatkan perhatian dari AS.

"Dan juga masalah transfer teknologi di alutsista. Kita bicarakan tukar-menukar para perwira muda dari kedua negara yang sudah berlangsung lama dan perlu kita lanjutkan lagi," jelasnya.

Di kesempatan lain, Menhan RI Ryamizard Ryacudu menyebutkan, apabila pengungsi Rohingya tak diatasi secara hati-hati, maka mereka bisa saja berubah. Dari sisi pertahanan, apabila mereka tak diterima di Myanmar, Bangladesh, dan negara-negara lain, tentu para pengungsi itu akan bingung.

"Nanti kalau dari teroris ISIS itu bilang 'Sini saja,' terus dia bergabung, kan susah. Makanya menanganinya harus bijak. Orang lagi bingung diajak ke sana pasti mau," ujar Ryamizard usai menerima kunjungan Menhan AS berjuluk Mad Dog itu di Kementerian Pertahanan, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (23/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement