REPUBLIKA.CO.ID, -- Stand up comedy di Indonesia mulai dikenal sejak 2011. Di tayangan televisi terdapat program kompetisi untuk mencari komika atau komedian stand up. Komunitas di daerah-daerah rajin mengadakan open mic atau acara stand up sehingga stand up comedy terus merebak di Indonesia. Materi yang disajikan pun bermacam-macam, baik satire atau sindiran, kehidupan sehari-hari atau sesuatu yang sedang tren.
Bagi pencetus stand up comedy di Indonesia, Iwel Sastra menuturkan materi stand up comedy tidak harus satire atau sindiran. "Satire itu hanya salah satu bentuk dari stand up comedy," kata Iwel ketika dihubungi Republika beberapa waktu yang lalu.
"Ada observasi, jadi seorang komika melakukan observasi terhadap kejadian sehari-hari. Ada juga topical, mengenai topik-topik yang lagi hangat, bisa juga soal kejadian sehari-hari seperti hubungan dengan atasan kantor, atau orang belanja di mall saat midnight sale. Jadi tidak harus selalu satire," papar Iwel.
Dia menuturkan bahwa komika harus memiliki sensor diri sendiri dan memiliki etika dalam membawakan lawakannya. "Kalo misalnya materina sindiran, kritikan, orang harus menerima dengan baik, ini yang harus dipahami oleh stand up comedian dalam membuat materi stand up comedy," tuturnya.
Selain itu Iwel menuturkan stand up comedy memiliki tujuan sama seperti komedi lainnya, yakni membuat penonton tertawa. "Bedanya, materi stand up comedy sudah memiliki aturan sendiri. Sehingga orang bisa tahu bahwa orang ini sedang stand up comedy atau cuma telling jokes biasa," lanjut pria yang kini menjadi motivator ini.
Kemudian, lanjut Iwel, seorang komika harus menulis materinya sendiri. Dia juga tidak boleh mencuri materi orang lain atau memainkan materi orang lain tanpa izin. "Kalo ada izin boleh, karena ada juga orang yang berprofesi sebagai penulis materi stand up comedy," kata pria kelahiran Padang ini.
(Baca Juga: Sejarah Stand Up Comedy Masuk Indonesia)
Seorang penulis materi tersebut dinilai Iwel memiliki kekuatan dalam materi, namun lemah untuk tampil atau memang tidak mau tampil. Sehingga akhirnya mereka memilih untuk menjadi tim kreatif atau menulis materi.
"Materi ini yang kemudian dijual ke komika secara profesional. Mereka hanya boleh menjual satu materi pada satu komika dan tidak boleh mengatakan bahwa materi tersebut darinya. Namun lazimnya, komedian harus menulis materinya sendiri," papar komedian yang pertama kali melakukan pementasan stand up comedy ini.
Tidak ada sebutan khusus bagi penulis materi stand up comedy ini. "Untuk range harga materi saya kurang tahu karena saya belum pernah beli. Kalau di luar negeri harga berdasarkan kesepakatan antara penulis dan komika. Tidak dipublikasikan," tutup pria 44 tahun ini.