REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengungkapkan, pengembangan pendidikan dual track menjadi salah satu fokus Pemprov Jatim pada 2018. Konsep dual track ini dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga lebih berkualitas dan berdaya saing.
"Pendidikan merupakan salah satu strategi pembangunan manusia yang berdaya saing dan fokus Pemprov Jatim di tahun 2018. Dual track ini menambahkan pendidikan agama dan vokasional dengan basis etika, religi dan kultur," ujar Soekarwo di Hotel Luminor Surabaya, Kamis (28/12).
Pria yang akrab disapa Pakde Karwo itu menjelaskan, track pertama adalah memperbaiki kualitas pendidikan formal, seperti menambahkan kurikulum di SMA, dengan menyisipkan pendidikan vokasional.
Selain itu, juga akan dilakukan link and match antara SMK dengan industri serta perguruan tinggi, filial SMK-PTN, partnership SMK dengan luar negeri, SMK pengampu, ekstra kurikuler di MA, dan peningkatan sarana prasarana SMK.
"Apabila SMA memiliki pendidikan vokasional maka akan menambah kualitas lulusannya," ujar politikus Partai Demokrat tersebut.
Track kedua, yakni melalui penerapan pendidikan vokasional ke sektor informal, seperti pembenahan Balai Latihan Kerja (BLK) berstandar internasional, sekaligus memperkuat SMK Mini melalui kerja sama dengan Jerman, dan Bosda Madin. Soekarwo meyakini, penerapan SMK Mini dan BLK di Jatim mampu menghasilkan tenaga kerja baru.
"SMK Mini ini kebanyakan gandengan dengan pondok pesantren, dan merupakan salah satu wujud kepedulian pemprov untuk meningkatkan keterampilan para santri di pondok pesantren. Agar pasca mondok mereka tidak kesulitan untuk mencari pekerjaan," kata Soekarwo.
Pakde Karwo memaparkan kondisi SMK Mini dan Bosda Madin di Jatim. Hingga tahun 2016, Jatim telah memiliki 264 lembaga SMK Mini dengan jumlah siswa sekitar 47.520 siswa. Dari total siswa tersebut, telah menghasilkan lulusan sebanyak 47.250 siswa yang terdiri dari 7.128 orang melanjutkan sekolah, 28.513 orang diterima bekerja, dan 11.880 orang wirausaha.
Pada tahun 2018, lanjutnya, Pemprov Jatim akan mengembangkan SMK Mini lebih besar lagi. Targetnya ada 50 ribu siswa dengan bantuan per siswanya sebesar Rp 500 ribu.
"Fokus tahun 2018 adalah bantuan operasional sekolah. Anggarannya untuk SMK Mini di tahun 2018 sekitar Rp 25 miliar," ujar orang nomor satu di Jatim tersebut.