Kamis 28 Dec 2017 04:04 WIB

Pers Nasional Dulu dan Kini di Mata Harmoko

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Harmoko dan Soeharto
Foto: fahrenheitmarketing
Media Online. Ilustrasi.

Ia menyebutkan, "ketika kita bicara tentang pers Islam, dan ini yang dipilih oleh Republika, maka dalam koridor itu pula pers Islam dikembangkan."

Lebih lanjut ia menerangkan, selain koridor nilai-nilai yang ada di lima butir Pancasila, ada koridor operasional yang disebut kode etik jurnalistik. Pers Islam, mengingat membawa visi-misi keislaman, tentu harus bisa menjalankan kebebasan dalam batasan-batasan sesuai dengan visi dan misi Islam.

"Dengan demikian, bagaimana agar pers Islam, termasuk Republika, bisa menyuarakan nilai-nilai kehidupan dalam perspektif keislaman yang sangat universal. Mengingat Islam itu agama yang rahmatan lil 'alamin, pembawa rahmat dan kesejahteraan bagi segenap alam semesta," tuturnya.

Berkaitan dengan lahirnya Republika, Harmoko menyambut baik tentang rencana penerbitan koran yang berorientasi keislaman pada waktu itu. Harmoko menganggap ide pembuatan media seperti itu merupakan ide yang bagus.

"Selain untuk menyuarakan aspirasi umat Islam dalam koridor nilai-nilai keindonesiaan, ceruk pasarnya juga masih terbuka lebar," kata dia.

Ketika pengurusan SIUP Republika dilakukan, ia berharap Republika dapat menjadi rujukan oleh siapa pun ke depannya. Republika ia harapkan dapat menjadi rujukan dalam upaya membangun pers nasioal yang bebas dan bertanggung jawab. "Dan, itu telah terbukti," jelas Harmoko.

Karena itu, Harmoko berharap, Republika dapat terus konsisten menjalankan visi-misinya dan jangan mengikuti arus pers asing yang liberal. Harmoko menilai hal itu penting untuk Republika agar Republika tetap konsisten menjaga jati diri pers nasional dengan nilai-nilai keindonesiaan.

"Konsep pers asing yang liberal tidak bisa diterapkan di Indonesia. Lihat saja, pers asing kadang memaniulasi fakta, mendramatisasi suatu peristiwa, memutarbalikkan fakta Itu berita-berita tendensius, bahkan cnderung provokatif. Hindari itu," ucap Harmoko.

"Juga yang telah dilakukan oleh Republika selama ini. Selamat berulang tahun, tambah sukses," lanjut Harmoko mengakhiri perbincangan karena waktu telah menunjukkan sekitar pukul 20.00 WIB dan ia harus beristirahat agar tetap segar ke depannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement