Senin 18 Dec 2017 16:34 WIB

Kualitas Pendidikan di Pegunungan Bintang Sangat Rendah

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Andi Nur Aminah
Bangunan unit sekolah baru (USB) sekolah menengah pertama negeri (SMPN) Ok Aom, Distrik Ok Aom di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, yang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Senin (18/12).
Foto: Republika/Gumanti Awaliyah
Bangunan unit sekolah baru (USB) sekolah menengah pertama negeri (SMPN) Ok Aom, Distrik Ok Aom di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, yang baru diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, Senin (18/12).

REPUBLIKA.CO.ID, PEGUNUNGAN BINTANG -- Bupati Pegunungan Bintang, Costan Oktemika menyebut, kualitas pendidikan di Kabupaten Pegunungan Bintang masih sangat rendah. Selain kurangnya tenaga pengajar dan sarana prasana pendidikan, akses internet ataupun teknologi di Pegunungan Bintang masih sulit dijangkau.

Costan menuturkan, Pegunungan Bintang merupakan salah satu kabupaten yang sulit diakses oleh kendaraan darat. Terhitung, dari 34 distrik yang ada di Pegunungan Bintang, hanya sekitar empat distrik yang bisa dilalui angkutan darat. Sisanya harus dilalui dengan pesawat.

"Pendidikan menjadi dasar pembangunan, termasuk untuk kabupaten ini. Karena kami yakin untuk membangun daerah, kualitas pendidikan harus ditingkatkan," ungkap Costan saat meresmikan SMPN Teiraplu di Distrik Teiraplu, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, Senin (18/12).

Dia mengatakan, saat ini di seluruh Pegunungan Bintang hanya ada sekitar 375 tenaga pendidik saja. Padahal, yang dibutuhkan lebih dari seribu guru. Sehingga, Costan mendorong pemerintah pusat untuk segera memenuhi kekurangan guru tersebut. Agar kualitas pendidikan di Pegunungan Bintang bisa terpenuhi. "Dan saya minta juga guru yang nanti diangkat itu adalah putra daerah, yang pasti mengerti masalah-masalah yang terjadi di daerahnya," tegas Costan.

Selain itu, Costan juga menjelaskan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tidak mampu menutupi kekurangan fasilitas pendidikan di Pegunungan Bintang. Misalnya, pemerintah daerah tidak bisa sendirian membangun akses internet di seluruh distrik Pegunungan Bintang.

Menurut dia, jaringan internet yang hingga kini belum merata di Pegunungan Bintang, menyulitkan para guru atau sekolah untuk mengakses data pokok pendidikan (Dapodik) maupun informasi lainnya. "Pembangunan sarana prasana juga sangat kurang sekali. Kami mohon pemerintah pusat dapat membantu," ujar dia.

Meski begitu, dengan diresmikannya dua sekolah menengah pertama (SMP) di distrik Ok Aom dan Teiraplu, dia mengaku sangat bersyukur. Keberadaan kedua sekolah tersebut, diyakini mampu membantu akses masyarakat untuk bersekolah dan menyengam pendidikan. "Ini juga sebagai kado terindah Natal bagi kami. Semoga Tuhan beri berkat pada kita semua," kata Costan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement