REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Publik Amerika Serikat harus disadarkan bahwa Presiden mereka Donald Trump bukan hanya memiliki problem mental. "Ia berbahaya bagi dunia yang damai," ujar konsultan politik, Denny JA, saat menceritakan latar belakang mengapa ia menulis puisi berjudul “Palestina Setelah Donald Trump", yang diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi “Palestine After Donald Trump.”
Denny mengatakan, awalnya ia biasa saja ketika membaca ulasan seorang ahli psikiatris forensik Bandy X Lee di New York Times 30 november 2017. Walau menulis atas nama pribadi, Bandy X Lee memberikan argumen ilmiah dengan bukti awal yang meyakinkan betapa Donald Trump menunjukkan prilaku gangguan mental yang bisa mendorong kebijakan berbahaya.
Menurut Bandy, pandangannya itu didukung oleh semakin banyak psikiatris profesional. Namun tak banyak yang bisa mereka perbuat karena Trump kini presiden Amerika Serikat.
Bandy, kata dia, sudah menyarankan agar Trump dijauhkan dari kekuasaan. Apalagi ia sebagai presiden Amerika Serikat punya akses pada senjata nuklir yang berbahaya.
"Saya mulai meyakini imbauan Bandy itu setelah melihat Trump membuat kebijakan soal Yerusalem. Enteng saja ia melawan hukum internasional, melawan tradisi para presiden Amerika Serikat sebelumnya, mengabaikan aneka stakeholders. Secara unilateral, ia umumkan Yerusalem ibu kota Israel," ujarnya.
Trump tak peduli kekerasan yang akan terjadi akibat kebijakannya. Tak lama media memberitakan protes dunia dan penduduk Palestina. "Terbukti sudah beberapa penduduk Palestina yang protes atas itu dan kini terbunuh," katanya.
"Dengan latar itu saya menulis puisi bahasa Indonesia yang kemudian diterjemahkan rekan ke bahasa Inggris. Puisi ini mencoba menangkap batin rakyat Palestina yang bersiap kehilangan nyawa merebut kemerdekaan," ujarnya.
Menurut Denny, kemerdekaan itu hak segala bangsa. "Semoga puisi ini sampai pada warga Amerika Serikat dan menjauhkan Donald Trump dari kekuasaan," katanya.