REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) WIlayah III Denpasar menghitung aktivitas kegempaan di sekitar Gunung Agung, Kabupaten Karangasem. Sejak 14 September hingga 10 Desember 2017, BMKG mengalkulasi sebanyak 851 kejadian gempa bumi dengan frekuensi tertinggi pada 23 September 2017.
Distribusi magnitudo hingga pukul 00.00 WIB, 10 Desember menunjukkan kekuatan gempa bumi di sekitar Gunung Agung tercatat pada rentang magnitudo 2,0 hingga 4,8 dengan magnitudo dominan pada rentang 2,6 hingga 3,0. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) kembali merekam letusan pada Ahad (10/12) pagi dengan tinggi 1.500 meter dari atas puncak kawah dengan warna asap kelabu.
"Tremor menerus (mikrotermor) masih terekam dengan amplitudo satu hingga delapan milimeter (mm)," kata Kepala PVMBG, Kasbani, Ahad (10/12).
Tingkat aktivitas Gunung Agung masih di level empat atau awas. Masyarakat dan pengunjung tetap diimbau menjauhi zona perkirakaan bahaya dalam radius delapan kilometer (km) hingga perluasan sektoral ke utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya sejauh 10 km dari kawah Gunung Agung.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan secara visual selama beberapa hari terakhir Gunung Agung tidak memperlihatkan erupsi disertai semburan abu dan material piroklastik bertekanan besar. Meski demikian, intensitas kegempaannya masih tinggi.
"Erupsinya hanya sesaat, tidak menerus," kata Sutopo.
Volume abu vulkanis yang keluar dari kawah gunung suci umat Hindu Bali itu masih sedikit. Hujan abu tipis dijumpai di sekitar desa-desa yang berada di lereng, seperti Dusun Dukuh, Kecamatan Kubu. Volcano Observatory Notice to Aviation (VONA) yang menjadi panduan penerbangan di ruang udara Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai masih oranye. Bandara pun masih beroperasi normal.
Sutopo mengatakan wilayah Bali lainnya masih aman untuk dikunjungi. Wisatawan tak perlu takut dan khawatir sepanjang berada di zona aman di Pulau Dewata.
"Obyek wisata seperti Tanah Lot, Sanur, Pantai Pandawa, Gunung Batur, Ubud, Pantai Kuta, Pantai Padang-Padang, Lovina, Dream Land, Nusa Dua dan lainnya masih aman dikunjungi," kata Sutopo.
Sejak pukul 00-12.00 WITA hari ini, Gunung Agung mengeluarkan satu kali letusan berdurasi 80 detik, 20 kali embusan berdurasi 60-150 detik, tujuh kali gempa frekuensi rendah berdurasi 40-100 detik, dan empat kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 7-10 detik. Tremor menerus masih terjadi dengan amplitudo satu hingga delapan mm.
Gunung Agung, sebut Sutopo memang masih berada pada fase erupsi, namun erupsi fluktuatif itu biasa terjadi di dalam pergerakan magma di tubuh gunung. Isu-isu menyesatkan yang menyebutkan Gunung Agung akan meletus besar adalah hoaks, sebab belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang mampu memprediksikan letusan gunung berapi secara pasti.
Tim PVMBG terus melakukan pengamatan secara intensif baik pengamatan secara visual, kegempaan, deformasi, geokimia maupun dari satelit. Jika Gunung Agung menunjukkan peningkatan aktivitas yang membahayakan, sebut Sutopo tim pasti akan memberi peringatan dini dan mengambil langkah-langkah penanganan.
Jumlah warga yang mengungsi dari Gunung Agung dan sekitarnya sampai saat ini mencapai 70.099 jiwa. Mereka tersebar di 236 titik di sembilan kabupaten dan kota.
Pengungsi di Karangasem merupakan terbanyak, mencapai 41.591 jiwa di 131 titik. Berikutnya pengungsi di Buleleng (10.774 jiwa di sembilan titik),Klungkung (10.950 jiwa di 43 titik), Bangli (987 jiwa di tiga titik), Tabanan (676 jiwa di delapan titik), Denpasar (743 jiwa di lima titik), Gianyar (3.533 jiwa di delapan titik), Badung (487 jiwa di lima titik), dan Jembrana (367 jiwa di 24 titik).