Selasa 05 Dec 2017 15:52 WIB

Kelangkaan Gas Melon Merata Hingga Kabupaten Bogor

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Hazliansyah
Suasana operasi pasar untuk antisipasi kelangkaan elpiji melon di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah, Selasa (5/12). Operasi pasar yang menyediakan 560 tabung gas ini dihadiri Wali Kota Bogor, Bima Arya, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Achsin Prasetyo.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Suasana operasi pasar untuk antisipasi kelangkaan elpiji melon di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor Tengah, Selasa (5/12). Operasi pasar yang menyediakan 560 tabung gas ini dihadiri Wali Kota Bogor, Bima Arya, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Achsin Prasetyo.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kelangkaan gas elpiji khususnya tabung 3 kilogram atau yang biasa disebut Gas Melon tidak hanya terjadi di Kota Bogor. Tapi juga merata hingga Kabupaten Bogor.

Hal tersebut diakui Kepala Disperindag Kabupaten Bogor, Jona Sijabat. Ia mengatakan, informasi kelangkaan gas melon di Kabupaten Bogor berawal dari laporan di kawasan Cisarua.

"Kemarin kami sudah operasi pasar ke sana untuk antisipasi," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/12).

Ia menilai penyebab kelangkaan elpiji ini tidak bisa terlepas dari kenaikan harga gas elpiji lainnya. Gas ukuran 12 kilogram naik sekira Rp 10 ribu, gas 3 kilogram juga mengalami peningkatan harga hingga Rp 5 ribu.

Distribusi yang tidak tepat sasaran dari pangkalan dan agen, disampaikan Jona, juga menjadi penyebab berikutnya.

"Gas melon itu kan subsidi untuk warga miskin dan rumah tangga yang pendapatannya Rp 1,5 juta ke bawah serta usaha mikro. Kalau memang tepat sasaran, harusnya tidak langka," ujarnya.

Untuk ke depan, Jona berharap adanya bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM). Yaitu dengan menyediakan kartu khusus bagi warga yang memang berhak membeli tabung gas elpiji.

Sementara itu, Wali Kota Bogor, Bima Arya, melihat, banyak faktor yang menyebabkan gas elpiji di kawasannya sulit ditemukan selama sepekan belakangan. Di antaranya libur panjang pada Jumat (1/12) hingga Ahad (3/12) yang menyebabkan konsumsi meningkat dan masih banyak warung serta restoran yang masih menggunakan gas tiga kilogram.

Selain itu, Bima menambahkan, pengembalian tabung dari pengecer ke pangkalan untuk diisi juga menjadi kendala.

"Banyak yang terlambat, sehingga terjadi penumpukan di satu pihak saja," ucapnya ketika ditemui Republika.co.id dalam operasi pasar di Kelurahan Kebon Kalapa, Bogor, Selasa (5/12).

Untuk mengantisipasi kelangkaan di Kota Bogor, Bima menjelaskan, operasi pasar diselenggarakan di 10 titik dengan masing-masing lokasi tersedia 560 tabung gas. Dalam operasi ini, tiap tabung gas dijual dengan harga Rp 16 ribu.

Ketentuannya, Bima menuturkan, masyarakat harus membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) terlebih dahulu dan mendaftarkan diri di tempat berlangsungnya operasi pasar. Setiap KTP hanya dapat membeli satu tabung gas saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement