Kamis 30 Nov 2017 15:57 WIB

NTB Siapkan 100 Ribu Masker Antisipasi Erupsi

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Pengendara melintasi jalan yang tertutup abu vulkanik Gunung Agung di Desa Jungutan yaitu desa yang termasuk dalam kawasan rawan bencana, Karangasem, Bali, Senin (27/11).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Pengendara melintasi jalan yang tertutup abu vulkanik Gunung Agung di Desa Jungutan yaitu desa yang termasuk dalam kawasan rawan bencana, Karangasem, Bali, Senin (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Sosial Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan 100 ribu masker sebagai antisipasi dampak erupsi Gunung Agung di Bali. Kepala Dinas Sosial NTB Ahsanul Khalik mengatakan, masker-masker ini dibagikan secara cuma-cuma kepada masyarakat NTB.

"100 ribu masker siap dibagikan secara gratis bila suatu waktu abu vulkanis akibat erupsi Gunung Agung berdampak luar biasa di NTB," ujar Ahsanul, Kamis (30/11).

Ahsanul menyampaikan, 100 ribu masker merupakan usulan dari Dinas Sosial NTB kepada Kementerian Sosial (Kemensos) mengingat kondisi yang terjadi di Gunung Agung. Selain dibagikan kepada masyarakat di Kantor Dinas Sosial NTB, Tim Tagana NTB di Posko Pendataan Pengungsi, Pelabuhan Lembar juga menyiapkan 2 ribu masker.

"Dari 100 ribu (masker), ada 2 ribu lembar masker dibawa ke lembar," ucap Ahsanul.

Masyarakat NTB, lanjut Ahsanul, bisa mendatangi kantor Dinas Sosial NTB untuk mendapatkan masker. Saat ini, stok masker tersebut sudah berada di gudang Dinas Sosial NTB.

Sebelumnya, Kementerian Sosial menyalurkan 500 ribu masker ke Provinsi Bali dan NTB menyusul letusan dan abu vulkanik masih terus dimuntahkan Gunung Agung. Pembagiannya, 400 ribu masker disalurkan ke Provinsi Bali, sementara 100 ribu sisanya diberikan kepada Provinsi NTB. Sasarannya, adalah para pengungsi dan masyarakat terdampak. Adapun penyaluran dilakukan melalui Dinas Sosial daerah setempat.

"Untuk Bali dropping dilakukan secara bertahap, tahap pertama 200.000 menyesuaikan situasi dan kondisi di lapangan," ujar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Rabu (29/11). Khofifah mengatakan, penggunaan masker untuk menghindari risiko terkena penyakit berbahaya, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Sampai Rabu (29/11) erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak. Kepulan abu dan sinar lava masih terus terlihat dari gunung setinggi 3.142 Mdpl tersebut.

Sementara itu, jumlah pengungsi yang terdata semenjak status Gunung Agung naik dari siaga menjadi awas sebanyak 38.678 jiwa yang tersebar 225 titik pengungsian. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menaikkan status Gunung Agung dari level III (siaga) menjadi level IV (awas) pada hari Senin (27/11).

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Margowiyono menghimbau masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya pada radius 8-10 kilometer dari kawah Gunung Agung.

"Zona perkiraan berbahaya ini sifatnya bisa berubah bergantung pada arah dan kecepatan angin," tuturnya.

Diutarakan, Kementerian Sosial terus memantau ketersediaan bahan permakanan para pengungsi. Tim layanan dukungan psikososial (LDP) diterjunkan untuk memberikan trauma healing kepada para pengungsi, utamanya kelompok rentan yaitu lansia, ibu hamil, difabel, dan anak-anak.

"Khusus di Gor Swecapura, Kak Seto dan Kak Henny kami datangkan untuk menghibur anak-anak di pengungsian. Secara keseluruhan Insya Allah pemerintah sudah sangat siap melakukan berbagai perlindungan masyarakat terdampak," terangnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement