Selasa 28 Nov 2017 00:50 WIB

Pertanian Ramah Lingkungan di Cianjur Berkembang Pesat

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Gita Amanda
Paprika
Foto: Darmawan/Republika
Paprika

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pengembangan sistem pertanian ramah lingkungan di Kampung Tabrik, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur mengalami kemajuan yang pesat. Para petani di kawasan tersebut mulai menikmati hasil pertanian yang segar, sehat, dan jelas pemasarannya.

Program pertanian yang ramah lingkungan atau ecofarming ini digagas PT Tirta Investama Aqua Grup yang menggandeng kelompok tani Gede Lestari dan Himpunan Petani Organik Cianjur (Hipoci). Salah satu yang menjadi unggulan dalam pengembangan pertanian di Kampung Tabrik adalah sayuran paprika. Pada Mei 2017 lalu kelompok tani di daerah itu sudah mulai memanen hasilnya dengan nilai jual yang menjanjikan.

"Awalnya sistem ramah lingkungan ini ditujukan untuk melindungi sumber daya air dari pencemaran bahan kimia dan e-coli,"  ujar Senior Sustainable Depelopment Manager Aqua Grup Arief Fatullah, kepada wartawan di saung kelompok masyarakat mandiri Kelompok Tani Gede Mandiri, Kecamatan Gekbrong, Senin (27/11). Menurut dia sebelumnya petani banyak menggunakan pestisida yang mengandung bahan kimia.

Selain itu lanjut Arif, teridentifikasi bakteri e-coli akibat penggunaan pupuk kandang tanpa komposting. Kondisi tersebut kata dia menyebabkan kasus penyakit diare sebagai akibat mengkonsumsi air yang kurang sehat.

Fenomena ini kata Arif, coba diubah dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan dan sehat dengan model integrated farming system (IFS). Di mana menurutnya model ini memastikan praktek budidaya mengacu pada kaidah good agriculture practice. Salah satu cirinya dengan selalu berorientasi pada pasar untuk meningkatkan kesejahteraan para petani.

Setelah diterapkan di Kampung Tabrik, ternyata sistem ini membuahkan hasil yang positif. Hal ini kata dia terlihat pada program budidaya paprika dipadukan dengan konservasi yang ramah lingkungan.

"Awalnya hanya ada sebanyak enam green house yang dibangun untuk budidaya paprika," ujar Arif. Kini lanjut dia jumlah green house bertambah sebanyak tiga unit yang dibangun petani secara mandiri.

Arif menerangkan, unit usaha pengembangan paprika mendapatkan penghasilan rata-rata sebear tiga juta rupiah hingga empat juta rupiah per bulan. Besarnya penghasilan ini, kata dia, disebabkan jelasnya proses pemasaran setelah proses produksi.

Ketua Kelompok Tani Gede Lestari Uden Suherlan menambahkan, pengembangan pertanian sehat ini cukup membantu petani dalam menekan penggunaan bahan kimia seperti pestisida. "Petani juga menggunakan pupuk organik yang memperhatikan composting," terang dia.

Uden mengatakan, petani paprika mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari budidaya tanaman tersebut. Sebab permintaan dari pasar cukup besar sementara produksi belum bisa mencukupi.

"Setiap pekannya permintaan pasar sekitar 400 kilogram, sementara yang terpenuhi baru 180 kilogram," ujar Uden.

Harga paprika yang dijual bervariasi yakni paprika merah Rp 36 ribu per kilogram dan paprika hijau Rp 25 ribu per kilogram.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement