Selasa 07 Nov 2017 07:35 WIB

Kasus Penyerangan Novel, Polri Ingin Buka 'Cakrawala' Baru

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Polisi Rikwanto.
Foto: REPUBLIKA/Agung Supriyanto
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Polisi Rikwanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga saat ini, pelaku penyerangan air keras pada penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan masih belum ditemukan. Namun, Polri menyatakan masih bersungguh-sungguh mengungkap kasus tersebut. Polri juga berniat mengambil langkah peninjauan kembali pada penyidikan yang telah dilakukannya.

"Ke depan kita akan buka lagi ruang alternatif yang lain untuk membuka cakrawala baru di mana mulainya penyelidikan ini," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Rikwanto, Senin (6/11).

Rikwanto mengungkapkan, Polri sudah merencanakan kembali penyidikan kepada mereka yang langsung berhubungan dekat dengan kejadian tersebut. Pihak yang akan diperiksa ulang misalnya pembeli gamis dan saksi yang melihat di tempat kejadian perkara. Semua keterangan itu akan dihimpun kembali sebagai bahan penyidikan yang lebih lengkap.

"Supaya untuk lebih fokus lagi, barangkali ada yang terlewat di situ. Nah itu kita harapkan kita lakukan kembali supaya ini cepat terungkap," kata Rikwanto.

Rikwanto menambahkan, proses penyidikan Novel yang cukup memakan waktu adalah hal yang natural dalam proses penyidikan. Hal ini kerap terjadi di berbagai kasus. Sehingga, dia berharap hal tersebut tidak menimbulkan asumsi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. "Informasinya masih blank, masih gelap," kata dia.

Setidaknya lima orang telah dicermati Polri terkait kasus penyerangan ini dan mereka sempat diamankan. Namun, menurut Rikwanto, berdasarkan penyidikan scientific investigation ternyata hasil akhir disimpulkan mereka tidak terlibat. "Ada puluhan orang kita periska ada ratusan CCTV kita periksa, ada beberapa ahli juga kita periksa, kita ulang, kita olah TKP berkali-kali," kata dia.

Yang terpenting, lanjutnya, siapapun yang memperhatikan kasus ini, diharapkan bantuannya untuk penyidik supaya mendapat informasi yang baik yang bagus yang bisa mengarah kepada pngungkapan. Bukan justru menimbulkan asumsi dan prasangka yang liar. "Ini malah memperkeruh dan menghambat pengungkapan kasus itu sendiri," kata Rikwanto.

Novel Baswedan mengalami penyerangan berupa penyiraman air keras berjenis Asam Sulfat atau H2SO4 pada Selasa (11/4). Sampai saat ini, pria yang menangani kasus megakorupsi KTP-El itu pun kini menjalani perawatan intensif di Singapura untuk menyembuhkan penglihatannya imbas penyerangan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement