REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya optimistis potensi daerah setempat mampu menjadi penyumbang besar produksi garam untuk mencapai target swasembada garam secara nasional dari pemerintah pusat pada tahun 2020. Ia mengatakan hal itu terkait upaya swasembada garam secara nasional yang ditargetkan pemerintah pusat dapat tercapai pada tahun 2020 melalui peningkatan produksi garam dalam negeri.
Ia menjelaskan, atas komitmen itu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dalam kunjungannya ke provinsi setempat pada beberapa waktu lalu telah melakukan rapat persiapan dengan semua pihak termasuk kalangan investor dan Badan Pertanahan.
Menurutnya, NTT menjadi daerah sasaran produksi garam karena memiliki luas lahan potensial mencapai hingga 26 ribu hektare lebih dari sekitar 36 ribu hektare luas lahan potensi garam di Indonesia.
Selain luas lahan potensial untuk pengembangan garam, terdapat aspek lain yang turut mendukung seperti kondisi laut yang bersih dan cuaca panas yang lama mencapai delapan hingga sembilan bulan dalam setahun.
"Bahkan produksi garam kita di NTT lebih tinggi dibandingkan dengan misalnya di Madura Jawa Timur karena dukungan berbagai faktor tersebut," katanya.
Gubernur menyebut, produksi garam yang menurutnya sudah berjalan dengan baik seperti yang dilakukan di Bipolo, Kabupaten Kupang yang bisa langsung menjadi kristal dengan kualitas yang bagus. Selain itu, lanjutnya, sejumlah daerah lain yang menjadi sasaran lokasi produksi garam seperti Kabupaten Malaka, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, dan di Pulau Flores seperti Kabupaten Nagekeo, Ende, Flores Timur.
Ia menambahkan, saat ini produksi garam masih dilakukan secara manusia atau konvensional sehingga ia berharap ke depannya ada mekanisasi untuk peningkatan produktivitas garam di provinsi dengan luas wilayah laut mencapai 200.000 kilometer persegi itu.