Sabtu 28 Oct 2017 19:15 WIB

Megawati: Baguna PDIP Harus Berkualitas Tangani Bencana

Ketua Umum PDIp, Megawati Soekarnoputi
Foto: Istimewa
Ketua Umum PDIp, Megawati Soekarnoputi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri meminta agar Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) sebagai organisasi sayap PDIP bisa meningkatkan kualitas dalam menolong masyarakat ketika terjadi bencana.

Megawati menjelaskan, untuk menjadi badan organisasi berkualitas, banyak hal yang harus diperhatikan. Misalnya dalam hal persiapan dan keahlian. Sebab agar bisa menolong orang, pihak yang menolong juga harus terlatih. Maka dari itu, kata Megawati, siapa pun yang ada di Baguna harus ikut pelatihan.

"Inilah yang saya sebut Baguna yang berkualitas. Baguna yang tidak hanya kuantitatif, tapi saya maunya yang kualitatif," jelas Megawati saat memberi sambutan dan membuka acara Rakornas Baguna di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Diponegoro, Jakarta, Sabtu (28/10).

Mega mengatakan, Baguna harus siap siaga kapan saja dibutuhkan. Bahkan kalau harus ke pelosok-pelosok desa, atau bahkan ke pedalaman yang masyarakatnya mungkin belum bisa berbahasa Indonesia.

"Dia yang di Baguna harus sehat wal afiat lahir dan batin. Sebab bagaimana mau menolong orang kalau dia sendiri sakit. Inilah makanya saya kerjasama dengan Basarnas agar dilatih. Anggota Baguna harus sehat lahir batin baru bisa molong orang lain," jelas Mega.

Putri dari Proklamator Kemerdekaan RI, Soekarno ini menambahkan, perhatian dan keseriusan dalam tanggap bencana ini sudah dilakukan jauh sebelumnya. Bahkan ketika masih menjadi Wakil Presiden, ia berinisiatif membentuk wadah yang kini menjadi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Mega menuturkan, ketika ia menjabat Wapres dan ditugasi oleh Presiden Abdurrahman Wahid untuk menaggulangi bencana di seluruh Indonesia. Maka banyak langkah dilakukan. Apalagi ketika itu semua struktur pemerintahan belum baik dalam tanggap bencanan karena penanggulangan bencana ditaruh begitu saja di beberapa kementerian.

"Waktu itu belum ada yang sifatnya penanggulangan gerak cepat. Bahkan penanganan bencana di pemerintah saat itu terpencar-pencar. Misalnya di kemenhub ada di bawah sub-direktorat. Saya bilang apa yang bisa dilakukan kalau hanya di bawah sub-direktorat. Maka sejak saat itulah saya minta izin ke Presiden Abdurrahman Wahid untuk membentuk sebuah badan yang sekarang menjadi BNPB. Itu saya yang membuat waktu jadi Wapres," ujar Mega.

Yang tak kalah penting, kata Mega, Baguna harus bisa gerak cepat. Ada protap dan kerja yang efektif. Misalnya ada kebakaran, maka harus sudah tahu apa yang harus dilakukan. Tanggap cepat dibutuhkan karena kalau terjadi bencana penanganannya tak bisa ditunggu-tunggu.

"Misalnya begitu kita dengar Gunung Agung mau meletus, maka saya instruksikan agar DPD langsung gunakan Baguna," kata Mega.

Mega menambahkan, tugas Baguna dibagi dalam Baguna Basah dan Baguna Kering dan pembagian ini sesuai tugas dan kondisi yang dihadapi. Kalau Baguna Basah, ia diterjunkan kalau dalam kondisi banjir, menolong orang yang tenggelam dan sebagainya. Artinya harus ada spesialisasi dan pembagian tugas sesuai dengan protap.

"Kemudian ada Baguna Kering. Dia yang di bidang kesehatan, menolong dalam kondisi longsor misalnya. Di belakang seperti membangun tenda dan masak. Dengan demikian kerja menjadi berkualitas," jelas Mega.

Baguna juga harus hafal dan siaga pada hal yang sifatnya teknis. Ketika dilempar ke lapangan, jangan sampai Baguna tak siap. Begitu ada langsung sadar atau memahami penuh. Bikin segera tenda pengungsi, dapur umum dan sebagainya. Dan semua ini yang diaebut protap.

"Kita juga bisa contoh di Jepang. Semua disiapkan dalam hal tanggap darurat, dan ada tanda rambu-rambu apa dan kemana harus mencari lokasi aman. Itu juga harus dibuat oleh kalian," jelas Mega.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement