Kamis 26 Oct 2017 09:46 WIB

Merial Institute Soroti Pengangguran di Era Bonus Demografi

Rep: Singgih Wiryono/ Red: Muhammad Fakhruddin
Diskusi dan Peluncuran Merial Institute di Gedung FS Tebet, Jakarta, Rabu (25/10).
Diskusi dan Peluncuran Merial Institute di Gedung FS Tebet, Jakarta, Rabu (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Diskusi dan Peluncuran Merial Institute menyoroti fenomena pengangguran di kalangan pemuda. Panel ahli menungkapkan solusi menyelesaikan masalah pengangguran dengan memanfaatkan momentum bonus demografi.

Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda dan Olahraga, Bappenas, Woro Srihastuti Sulistyaningrum mengatakan, pengangguran di usia produktif di Indonesia menjadi masalah bersama Bangsa. Woro mengatakan, hal tersebut, tidak serta merta hanya menjadi tugas dari Kementerian Tenaga Kerja.

"Ini adalah konsen kita bersama agar pemuda bisa berwirausaha, ini kan yang sebenarnya tujuan dari arah kebijakan kita," ujar dia saat ditemui dalam sebuah acara Diskusi dan Peluncuran Merial Institute di Gedung FS Tebet, Jakarta, Rabu (25/10).

Oleh karena itu, kata dia, pesan presiden Joko Widodo untuk menciptakan 1 juta lapangan kerja, dan 1 juta wirausaha muda harus segera diwujudkan. Target Nawacita tersebut, kata dia, harus dicapai bersama-sama. Saat ini, lanjut Woro, Indonesia sedang dalam masa bonus demografi, ketika usia rata-rata masyarakat Indonesia berada di usia produktif.

Woro mengatakan, sudah waktunya Indonesia untuk menyiapkan diri terhadap bonus demografi yang sedang terjadi di Indonesia. Saat ini menjadi tantangan pemerintah, bagaimana bisa memanfaatkan masyarakat usia produktif. "Tergantung bagaimana kesiapan kita untuk mengantisipasi itu," ujar dia.

Direktur Eksekutif Merial Institute, Arief Rosyid Hasan mengatakan, ada beragam bentuk keunggulan dalam bonus demografi yang sedang dilalui Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang mayoritas saat ini berada di usia produktif bisa menjadi momentum untuk menggenjot pembangunan di Indonesia.

Akan tetapi, kata dia, momentum bonus demografi tersebut belum disikapi dengan baik oleh pemerintah, dan bisa menjadi musuh bersama.

"Bahkan sampai saat ini pemerintah belum memiliki kerangka kebijakan yang integral dan terukur dalam pembangunan kelompok usia muda, baik dalam sektor pendidikan, ksehetana dan ketenagakerjaan," ujar dia.

Arief mengatakan, jika pemerintah tidak memberikan perhatian khusus terhadap usia produktif yang dikenal dengan pemuda, maka justru momentum ini bisa menjadi petaka Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement