Kamis 26 Oct 2017 05:05 WIB

Kondisi Gunung Agung tak Pengaruhi Jalannya Ubud Festival

Asap mengepul dari kawah Gunung Agung yang berstatus awas terlihat dari Desa Amed, Karangasem, Bali (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Asap mengepul dari kawah Gunung Agung yang berstatus awas terlihat dari Desa Amed, Karangasem, Bali (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UBUD -- Perkembangan Gunung Agung yang mengalami peningkatan aktivitas vulkanik selama beberapa bulan terakhir tidak memengaruhi penyelenggaraan Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) yang berlangsung di Ubud, Bali, pada 25-29 Oktober. Mengaku sempat berpikir untuk menunda penyelenggaraan acara, Direktur UWRF Janet DeNeefe merasa bersyukur festival sastra dan budaya itu bisa kembali diadakan, meski hingga saat ini Gunung Agung masih berstatus Awas.

"Beruntung, alam berada di pihak kami," tutur Janet dalam konferensi pers pembukaan UWRF 2017 di Ubud, Bali, Rabu (25/10).

Gunung Agung terletak 35 km timur laut dari Ubud. Kalau terjadi letusan, Ubud akan sedikit terdampak dengan hujan abu. Potensi tersebut ternyata tidak menyurutkan niat para penulis, pengisi acara, maupun penikmat setia untuk datang ke Ubud dan mengikuti rangkaian acara UWRF.

"Banyak penulis tetap bersemangat untuk berpartisipasi dalam acara ini. Saya bisa katakan hanya sedikit sekali penulis dan penikmat sastra budaya yang mengkhawatirkan situasi ini. Mereka sungguh sangat berani," ujar Janet.

UWRF pertama kali diselenggarakan pada 2002 sebagai bentuk pemulihan setelah tragedi bom Bali pertama. Satu tahun kemudian, festival tersebut kembali menghadapi tantangan saat enam hari sebelumnya terjadi ledakan bom Bali kedua.

Kemudian pada penyelenggaraan tahun 2005, panitia UWRF terpaksa membatalkan beberapa program diskusi yang mengangkat isu 1965 karena larangan pihak kepolisian. "Dari tahun ke tahun kami belajar untuk menghadapi setiap kekacauan. Saya bisa katakan UWRF mungkin satu-satunya festival paling tangguh di dunia. Tetapi kami berhasil bertahan dan melanjutkan festival ini sampai saat ini," kata Janet.

Sebagai festival sastra terbesar di Asia Tenggara, UWRF tidak hanya mampu merepresentasikan Indonesia dalam kancah global melalui karya sastra, budaya, dan para penulis berbakatnya, tetapi juga menjadi ajang berkumpulnya para tokoh-tokoh berpengaruh di bidang sastra dan budaya untuk mendiskusikan isu terkini, kegelisahan bersama, dan semangat aktivisme.

Untuk penyelenggaraan ke-14 tahun ini, festival yang dikelola Yayasan Mudra Swari Saraswati itu mengangkat tema "Origins: Sangkan Paraning Dumadi". Tema tersebut mengajak para penikmat sastra dan budaya untuk merenungkan kembali koneksi abadi dari mana kita berasal dan ke mana kita semua akan kembali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement