REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan pencak silat merupakan salah satu budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan. Karena itu, Ridwan turut mendorong agar UNESCO mengakui silat sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia.
Ridwan pun sangat mendukung upaya para tokoh silat dan Pemerintah Indonesia yang mengajukan kepada UNESCO agar Pencak Silat dijadikan sebagai warisan budaya dunia tak benda. Pada awal tahun lalu, ia bersama tim Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi) berangkat ke Perancis untuk melakukan presentasi di hadapan para juri UNESCO.
Ridwan diutus pemerintah pusat untuk melobi dan meyakinkan para juri bahwa Pencak Silat layak menjadi warisan dunia. Dia menilai pengakuan UNESCO penting agar masyarakat dunia tahu budaya pencak silat adalah kekayaan milik Indonesia.
Dengan demikian, tidak diklaim pihak atau negara lain. Pendaftaran ke UNESCO pun menjadi upaya preventif agar tidak ada perdebatan atau keributan di masa mendatang.
“Nanti kalau sudah terjadi suka ribut tapi tidak menghasilkan hasil apa- apa. Dari sekarang, kami daftarkan supaya akhirnya selamanya diakui menjadi milik bangsa ini," kata pria yang akrab disapa Emil ini saat membuka gelaran Temu Pendekar Internasional yang diadakan oleh Masyarakat Pencak Silat Indonesia (Maspi) di Balai Kota Bandung, Sabtu (21/10).
Proses penilaian oleh UNESCO diperkirakan akan memakan waktu selama dua tahun. Pihak UNESCO akan menilai dan memverifikasi sebagai dasar penetapan.
Emil menerangkan nantinya UNESCO akan meneliti, mendatangi, mewawancarai, dan membuktikan apakah jumlahnya signifikan, dan apakah betul klaim dari Indonesia. Termasuk juga bagaimana pembinaannya, berapa jumlah sekolah atau perguruannya.
“Sampai nanti waktunya kita doakan perjuangan ini membuahkan hasil," kata dia.
Pada kesempatan itu, Emil menjelaskan, ada tiga hal yang menjadi kekhasan pencak silat yang tidak dimiliki negara lain. Selain sebagai seni bela diri, pencak silat juga mengandung unsur seni musik dan seni kostum.
Gelaran Temu Pendekar Internasional ini menjadi agenda tahunan untuk melestarikan budaya. Pada tahun keduanya, Maspi mengundang 36 perguruan pencak silat se-Indonesia dan mancanegara. Di antaranya yang hadir yakni peserta dari Belanda, Singapura, Thailand, Belgia, Perancis, India, Nepal, Jepang, Timor Leste, dan Ukraina.
Salah satu rangkaian acara Temu Pendekar Internasional adalah menampilkan sendra Pencak Silat yang diutus ke UNESCO di Paris, Perancis. Ada pula penampilan senam pencak oleh para petarung dan rampak pencak yang dibawakan oleh TNI.
Pada kegiatan itu juga akan digelar workshop aliran pencak silat dari seluruh Indonesia, seperti aliran bandrong cimande, maenpo cikalong, terumbu banten, suliwa, dan sebagainya. Acara akan berlangsung hingga Senin (23/10).
Menurut Emil wujud pelestarian yang dilakukan oleh Maspi merupakan upaya untuk menjaga identitas bangsa. Pencak silat, salah satunya, merupakan warisan budaya yang harus terus dihidupkan.
"Saya sangat mendukung kegiatan ini karena melestarikan budaya bangsa adalah kewajiban kita sebagai bangsa yang harus punya identitas. Selemah-lemahnya bangsa adalah bangsa yang tidak punya identitas," ujar Emil.
Ia menyebutkan silat telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-sehari, bahkan dalam filosofi hidup warga Jawa Barat silat beserta salat adalah kunci kekuatan hidup.Maka dari itu, silat dan salat itu harus bersatu padu menjadi sebuah kekuatan orang-orang Sunda, orang-orang Jawa Barat, orang-orang Indonesia.
Ketua Dewan Pembina Maspi Edwin Sanjaya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Bandung. Dukungan penuh pemerintah kota, menurutnya, sangat berarti bagi perkembangan pencak silat di Bandung.
"Tapi perjuangan kita belum selesai. Pelestarian budaya ini harus kita lakukan terus, harus kita jaga terus," ucap Edwin.