Kamis 19 Oct 2017 07:58 WIB

Koalisi Gerindra Jatim Disarankan Dorong Kader Muhammadiyah

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Indira Rezkisari
Pilkada (ilustrasi)
Foto: Antara/Embong Salampessy
Pilkada (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pengamat Politik Universitas Airlangga Hari Fitrianto menilai, Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) memiliki peluang untuk membangun koalisi baru pada kontestasi Pilgub Jatim 2018. Apalagi, jika ketiga partai ini mengusung calon yang berasal dari kalangan nasionalis atau Muhammadiyah.

"Maka lebih strategis kalau bisa mengkapitalisasi suara Muhammadiyah yang solid. Terlebih sampai saat ini belum ada pasangan yang merepresentasikan itu," kata Hari saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (19/10).

Sosok itu, menurut Hari, bisa saja terletak pada diri Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PAN Jatim, Masfuk. Atau, bisa juga mengangkat Bupati Bojonegoro, Suyoto untuk dijadikan sebagai calon gubernur. Meskipun, pria yang akrab disapa Kang Yoto itu menurut Hari tidak pernah menunjukan ambisinya untuk maju Pilgub Jatim 2018.

"Ada Pak Masfuk yang DPW PAN. Kemudian di Bojonegoro juga ada Pak Yoto yang meskipun tidak menunjukan maanifestasi ambisinya untuk maju pilgub tapi sebenarnya secara prestasi kapabilitas dia cukup berprestasi sebagai bupati," ujar Hari.

Dari nama-nama yang diusulkan Gerindra Jatim ke DPP untuk diusung sebagai Cagub di Pilgub Jatim 2018 sebenarnya ada nama Mantan Rektor ITS Mohammad Nuh dan La Nyalla Mattalitti. Tapi menurut hari, akan menjadi blunder jika koalisi Gerindra mengusung Mohammad Nuh di Pilgub Jatim.

Itu tak lain karena Mohammad Nuh merupakan seorang Nahdliyin, dimana dua Cagub lainnya, Gus Ipul dan Khofifah juga berasal dari Nahdliyin. "Lagi-lagi suara NU akan tercerai berai jadi tiga. Maka lebih strategis kalau bisa mengkapitalisasi suara Muhammadiyah," kata Hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement