Selasa 10 Oct 2017 13:27 WIB

AJI Purwokerto Kecam Aksi Pemukulan Wartawan

Rep: Mabruroh/ Red: Joko Sadewo
Kekerasan terhadap jurnalis harus dihentikan (ilustrasi).
Foto: Ajijakarta.org
Kekerasan terhadap jurnalis harus dihentikan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Purwokerto mengecam aksi brutal yang dilakukan Polisi dan Satpol PP kepada wartawan pada Senin (9/1) malam. Beberapa wartawan menjadi korban kekerasan aksi brutal aparat saat pembubaran aksi unjuk rasa tolak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Baturaden, Banyumas.

"Kami mengecam tindakan represif aparat Kepolisian dan Satpol PP kepada jurnalis dan massa aksi," ujar Ketua AJI Purwokerto, Rudal Afgani Dirgantara kepada Republika.co.id, melalui pesan singkat di Jakarta, Selasa (10/10).

Rudal menceritakan, awal mula kejadian adalah pada saat para awak media tengah meliput aksi unjuk rasa penolakan terhadap PLTPB Gunung Slamet. Kemudian aksi mulai memanas saat masa mulai membuka gerbang kantor DPRD Banyumas.

Di hadapan massa, telah berjaga barisan polisi dan Satpol PP. Massa berusaha untuk menunggu respon dari Bupati Banyumas dengan terus melakukan orasi dibarengi dengan yel-yel malam itu.

Unjuk rasa berlangsung dengan tertib hingga pukul 21.00 WIB. Tidak ada satupun masa yang beranjak dari lokasi aksi kendatipun malam itu diguyur hujan.

Kemudian, ungkap Rudal, Polisi memperingati masa agar aksi hanya dibatasi sampai pukul 22.00 WIB. Peringatan tersebut terdengar dari pengeras suara.

"Tiba pukul 22.00 WIB masa yang tengah duduk tiba-tiba digeruduk puluhan Polisi dan Satpol PP yang keluar dari lingkungan Kantor DPRD Banyumas. Saat itu akhirnya suasana pun ricuh dan tenda-tenda juga dibongkar," papar Rudal.

Pada saat kericuhan itu, sambungnya, wartawan stasiun televisi wilayah Banyumas mencoba untuk meliput. Sayangnya, wartawan dengan nama Darbe Tyas itu kemudian mendapatkan pukulan.

Padahal Darbe sudah memberi tahu bahwa dia adalah wartawan. Tapi teriakannya tidak digubris, dan tetap menerima kekerasan dari aparat.

Selain Darbe, korban lainnya yakni Ikra Fitra (wartawan kampus Pro Justicia Fakultas Hukum Unsoed). Bila Darbe dilarikan ke Rumah Sakit Wijayakusuma Purwokerto akibat kekerasan tersebut, Ikra diduga dipukul dan diseret, lalu diangkut menggunakan mobil Dalmas, dan ditahan bersama 26 aktivis Aliansi Selamatkan Slamet di Mapolres Banyumas.

Atas peristiwa tersebut, tambah Rudal, pihaknya mendesak Kapolres Banyumas dan Bupati untuk mengusut kasus kekerasan itu. Saat ini juga dia mengaku tengah berada di Polres Banyumas untuk tindakan lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement