Ahad 10 Sep 2017 19:45 WIB

Ibu Debora Bantah Pernyataan RS Mitra Keluarga Kalideres

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Qommarria Rostanti
Situasi rumah pasangan Rudiyanto Simanjorang dan Henny Silalahi, orang tua balita Tiara Debora Simanjorang di Jalan Jaung, Benda, Kota Tangerang, Ahad (10/9).
Foto: REPUBLIKA/Febrianto Adi Saputro
Situasi rumah pasangan Rudiyanto Simanjorang dan Henny Silalahi, orang tua balita Tiara Debora Simanjorang di Jalan Jaung, Benda, Kota Tangerang, Ahad (10/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Henny Silalahi (37 tahun) angkat bicara terkait kematian anaknya Tiara Debora yang berusia empat bulan di Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga, Kalideres, Jakarta. Debora meninggal dunia setelah terlambat mendapat penanganan saat dirawat di RS tersebut.

Henny menyebut, ada beberapa poin pernyataan yang dikeluarkan RS Mitra Keluarga terkait kematian buah hatinya itu salah. Pertama, dia membantah pernyataan RS yang mengatakan bahwa Debora mengalami kekurangan gizi. "Saya bisa bilang anak saya tidak kurang gizi, anak saya itu prematur. Jadi, jangan disamakan," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (10/9).

Dia juga keberatan atas pernyataan RS yang menyebut anaknya memiliki riwayat penyakit jantung bawaan (PDA). Padahal, kata dia, PDA-nya sudah ditutup dan ini bisa dibuktikan dengan hasil tertulis tes echo jantung 5 Agustus 2017.

Perempuan berdarah Batak ini merasa pernyataan paling krusial untuk diluruskan yaitu yang menyebut bahwa dirinya keberatan saat anaknya akan dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU). "Apakah ada ibu yang waras tapi menolak anaknya diselamatkan? Tidak ada, semua ingin anaknya sehat-sehat terus," kata Henny.

Apalagi, dokter mengatakan anaknya harus dirawat di PICU. Dia percaya karena dokter mengetahui kondisinya. Namun sayang, ketika suamimya mengurus administrasi, Debora tak bisa mendapat perawatan lanjutan di PICU karena kurangnya biaya. Henny mengatakan, dia bahkan sampai memohon agar pihak RS menyelamatkan anak keempatnya itu.

Saat itu, dia dan suami hanya membawa uang Rp 5 juta. Kekurangan uang yang diminta pihak RS sebanyak Rp 6 juta lagi akan dibayar pada siang harinya. "Saya memohon, suami saya memohon, untuk mendapat penanganan terbaik, tetapi mereka (RS Mitra Keluarga Kalideres) mengatakan tidak bisa karena minimal harus membayar Rp 11 juta," ujarnya.

Pihak RS, kata dia, tidak menyebutkan bahwa Henny dan suami harus mengeluarkan uang Rp 11 juta di keterangan pers yang mereka posting di situs resmi RS. Awalnya pihak RS meminta uang untuk membayar deposit Rp 19,8 juta. Ketika dia meminta agar jangan semahal itu karena tak memiliki cukup uang, pihak RS lantas mematok Rp 11 juta. Tetapi di pernyataan pers RS Mitra Keluarga, mereka hanya mengklaim kalau Henny keberatan.

"Memangnya saya orang gila, ada orang mau selamatkan nyawa anak saya tapi saya bilang jangan, mahal. Meskipun mahal kalau buat anak saya selamat saya bela-belain," kata dia.

Dia memilih RS Mitra Keluarga Kalideres karena lokasinya paling dekat dari rumah. Saat sampai di RS, Ahad (3/9) pukul 03.40, tenaga medis menyarankan anaknya harus dibawa ke PICU karena ruangannya hangat mengingat Debora masih bayi. Henny yang awalnya tidak membawa uang terpaksa bolak-balik ke rumahnya dengan membawa uang Rp 5 juta. 

Henny berterima kasih dokter RS yang sudah memberikan pertolongan pertama pada anaknya yang datang dalam kondisi sesak dan pucat. Dokter memberikan memberikan oksigen, memasukkan selang, dan pompa manual ke paru-paru anaknya. "Saya menghargai tindakan mereka," ujarnya.

Namun, kata dia, kurangnya uang membuat nyawa putrinya tak bisa tertolong dan berakhir di ruang IGD. "Itu saya bawa uang Rp 5 juta, bagaimana ibu-ibu yang saat itu tidak memegang uang sama sekali," kata dia.

Pihak RS telah mengembalikan uang Henny dan menyambangi kediamannya pada Jumat (8/9). Dia belum mengetahui apakah akan meneruskannya ke proses hukum atau tidak. Namun, dia berharap suaranya didengar dan cukup anaknya yang terakhir meninggal dalam kondisi seperti itu. "Jangan lagi ada Debora-Debora yang lain. Jangan ada lagi bayi yang kehilangan nyawa hanya gara-gara uang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement