Selasa 29 Aug 2017 17:14 WIB

Purwakarta Sudah Bebas Antraks Sejak 17 Tahun Silam

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Winda Destiana Putri
Bakteri antraks dilihat dari mikroskop.
Foto: daily mail
Bakteri antraks dilihat dari mikroskop.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta, melansir wilayah ini sudah bebas penyakit antraks sejak 17 tahun lalu. Karenanya, hewan kurban yang dijual di wilayah ini dijamin akan kesehatannya. Jadi, masyarakat tak perlu khawatir soal kesehatan hewan tersebut.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Purwakarta, Sri Wuryasturati, mengatakan, kasus antraks yang melanda Purwakarta terjadi pada akhir 2000 lalu. Hingga saat ini, tak ada lagi kasus tersebut. Sehingga, sudah 17 tahun ini Purwakarta sudah bebas dari antraks.

"Tidak ada hewan kurban yang dijual di kita yang terkena antraks. Jadi, warga tak perlu khawatir," ujarnya, kepada Republika, Selasa (29/8).

Menurut Sri, hewan kurban yang beredar di wilayah Purwakarta sudah sesuai dengan prosedur. Hewan tersebut, telah melewati serangkaian pemeriksaan. Sehingga, ada keteranganya mana yang layak dijadikan hewan kurban ataupun tidak.

Adapun hewan kurban yang datang dari luar Purwakarta, lanjut Sri, juga sama saja perlakuan pemeriksaannya. Bahkan, kalau hewan dari luar, misalkan stres atau matanya merah akibat perjalanan jauh, disarankan untuk tak dijual dulu. Melainkan, hewan itu harus beristirahat di tempat yang sudah disediakan.

Menjelang Idul Adha yang jatuh pada 1 September mendatang, Sri mengatakan, kebutuhan hewan kurban bervariasi jumlahnya. Untuk sapi, sampai 1.200 ekor. Kerbau 30 ekor, serta kambing dan domba sampai 6.000 ekor.

Untuk kerbau, kambing dan domba, kebutuhannya bisa teratasi dari peternak lokal Purwakarta. Sedangkan sapi, masih harus mendatangkan dari luar. Seperti, dari Pati (Jateng) dan Lampung. Sebab, populasi ternak sapi di Purwakarta masih minim. Sehingga, belum bisa mencukupi permintaan pasar.

Sedangkan untuk tim petugas pemeriksaan kesehatan hewan kurban, lanjut Sri, pada hari H nanti akan ada 75 petugas yang disebar. Selain itu, petugas juga akan dibantu lima warga yang telah di bina di setiap kecamatannya.

Jadi, petugas dan warga yang punya keahlian khusus itu, akan memeriksa hewan kurban pascapenyembelihan. Total petugas yang disebar, 75 dari dinas 85 orang dari kecamatan. Mereka akan memantau pemotongan hewan di setiap masjid dan lingkungan perumahan warga.

"Yang kita periksa, mulai dari lidah, kerongkongan sampai organ dalam. Khawatir ada penyakit yang tak terdeteksi dari luar," ujarnya.

Sementara itu, Dwi Kurniadi (52 tahun), warga Kelurahan Nagri Kaler, mengatakan, ada rasa khawatir yang datang dari warga saat akan membeli hewan kurban. Yaitu, takut hewannya sakit. Seperti, terkena cacingan ataupun yang paling parahnya terinfeksi antraks.

"Kalau bisa setiap hewan kurban yang dijual di pinggir-pinggir jalan ada label khususnya. Biar kita tahu, mana yang layak disembelih untuk kurban mana yang tidak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement