REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Sopir angkutan kota (angkot) di Kota Sukabumi masih melakukan aksi mogok jalan Selasa (1/8) pagi. Dampaknya, para penumpang terutama pelajar sempat kesulitan mendapatkan angkutan ke sekolah.
Sopir angkot yang mogok ini merupakan kelanjutan dari aksi yang dilakukan pada Senin (31/7). Mereka menolak keberadaan angkutan online yang dinilai merugikan sopir angkot.
Angkot sulit ditemui karena masih mogok, ujar salah seorang warga Sukabumi, Nandang (43 tahun). Akibatnya, kata dia, banyak orangtua yang mengantarkan sekolah anaknya ke sekolah.
Menurut Nandang, banyak penumpang yang akhirnya dibawa oleh mobil milik pemkot maupun kepolisian. Ia mengatakan, aksi sopir angkot ini sudah berlangsung selama dua hari terakhir.
Wakil Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengatakan, pemkot dan aparat kepolisian telah mengerahkan angkutan untuk mengangkut para penumpang. "Alhamdulillah di beberapa titik sudah tidak ada penumpukan lagi," terang dia di sela-sela memantau aksi mogok angkot di jalan utama Sukabumi.
Menurut Fahmi, rencananya pada hari akan digelar pertemuan untuk mengatasi permasalahan ini yang dipimpin Wali Kota Sukabumi Mohamad Muraz. Dalam pertemuan tersebut nantinya hadir dari perwakilan Organda, pengurus angkot, dan perwakilan ojek atau taksi online.
Sebelumnya, para sopir angkot mendatangi Kantor Dishub Kota Sukabumi pada Senin. '' Kami secara tegas menolak angkutan online,'' terang salah seorang perwakilan sopir angkot 08, John Nenobais kepada wartawan di Kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Sukabumi. Ia mengatakan keberadaan angkutan online merugikan para sopir angkot.
Saat ini terang John, penghasilan para sopir angkot berkurang drastis sebagai dampak angkutan online. Biasanya kata dia para sopir bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp 70 ribu. Kini, kata dia penghasilan sopir Angkor jauh di bawah itu.