Kamis 27 Jul 2017 02:00 WIB

Jawa Tengah Butuh Wawasan dan Strategi Pembangunan Baru

Rep: Adysha Citra R/ Red: Bilal Ramadhan
Sudirman Said
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Sudirman Said

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Provinsi Jawa Tengah dinilai memiliki potensi besar untuk maju dan sejajar dengan provinsi-provinsi besar lain di Pulau Jawa. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan wawasan dan strategi pembangunan baru yang berjangkauan luas dan berorientasi jangka panjang.

"Jawa Tengah diperhitungkan sebagai wilayah investasi nomor dua paling menarik di Indonesia setelah DKI Jakarta," ungkap Ketua Institut Harkat Negeri, Sudirman Said dalam istighatsah kubro Forum Ulama Kabah dan Silaturahim Ulama-Umaro Menyongsong Gubernur Jawa Tengah yang Pro Umat di Semarang, seperti dalam rilisnya, Rabu (26/7).

Dengan potensi yang dimiliki, Sudirman menilai Jawa Tengah seharusnya dapat meraih pencapaian yang lebih baik saat ini. Sayangnya, beberapa pencapaian Jawa Tengah saat ini dinilai belum begitu menggembirakan.

Salah satu pencapaian yang disoroti Surdirman ialah pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Sudirman mengatakan Jawa Tengah memiliki luas lima kali lipat lebih besar dari Jakarta dengan jumlah penduduk tiga kali lipat lebih banyak. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah saat ini masih terbiang datar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Tengah juga tercatat paling kecil dibandingkan Jawa Timur dan Jawa Barat.

Di samping itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah pun tertinggal dari IPM Jawa Barat dan Jawa Timur. Pertumbuhan IPM Jawa Tengah pun tertinggal jika dibandingkan dengan indeks nasional. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan IPM Jawa Tengah dari 66,08 pada 2010 menjadi 69,98 pada 2016. Sedangkan IPM Nasional tercatat mengalami peningkatan dari 66.53 menjadi 70.18 untuk periode yang sama.

Hal lain yang digarisbawahi Sudirman adalah angka partisipasi pendidikan di Jawa Tengah. Tercatat hanya 20,57 persen masyarakat Jawa Tengah yang mengenyam pendidikan di tingkat Universitas. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan angka nasional yaitu 22,95 persen.

Kondisi ini, lanjut Sudirman, dapat diperbaiki dengan kehadiran pemimpin yang jujur, berani serta berkompeten di Jawa Tengah. Pemimpin Jawa Tengah juga harus bisa menggerakkan rakyat ke arah yang benar dengan menunjukkan sikap tulus bekerja untuk rakyat.

"Salah satu kunci memimpin Jawa Tengah sebenarnya relatif mudah, tunjukkan arah dan perilaku yang benar, maka rakyat bergerak bersama pemimpinnya," ujar Sudirman menirukan nasihat yang pernah ia dapat dari tokoh senior asal Jawa Tengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement