Rabu 12 Jul 2017 16:33 WIB

Wanita Penderita Kulit Melepuh Ini Akhirnya Meninggal Dunia

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Agus Yulianto
Tangan dan kaki membengkak dan terus melepuh (Ilustrasi)
Foto: sky news
Tangan dan kaki membengkak dan terus melepuh (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Warga Kota Sukabumi yang kulitnya melepuh akhirnya meninggal dunia di RSUD R Syamsudin Kota Sukabumi Rabu (12/7) pagi. Sebelumnya, pasien yang bernama Ai Fatimah (47 tahun) mendapatkan perawatan selama beberapa hari di rumah sakit.

Ai Fatimah warga Kampung Sukasari, Kelurahan Dayeuhluhur, Warodoyong ini meninggal dunia pada Rabu sekitar pukul 05.50 WIB. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi menilai gejala yang dialami pasien berupa reaksi hipersensitvitas yang mengarah pada sindrom Stevens-Johnson dan toxic epidermal necrolysis (TEN).

''Kami turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya ibu Ai,'' kata Kepala Dinkes Kota Sukabumi Ritaneny kepada wartawan di Kantor Dinkes Sukabumi Rabu (12/7).

Sebelumnya, kata dia, Dinkes sudah menyatakan kepada keluarga bahwa kondisi pasien dalam keadaan berat yang ditandai dengan kesadaran yang menurun. Menurut Rita, kejadian warga yang terkena sindrom Stevens-Johnson maupuntoxic epidermal necrolysis (TEN) bisa terjadi untuk semua orang termasuk kepada orang kesehatan.

Rita mengatakan, reaksi hipersensitivitas terhadap seseorang berbeda-beda yang disebabkan berbagai hal seperti makanan, obat maupun yang lainnya. Dia mengungkapkan, kondisi pasien dalam kondisi berat karena tengah berobat. "Dari data dokumen pelayanan puskesmas pembantu, pasien sedang berproses pengobatan akan tetapi dia juga datang dengan keluhan panas, batuk, dan gangguan kulit,"  katanya.

Dikatakan Rita, petugas puskesmas akhirnya memberikan obat simptomatik untuk menghilangkan gejala. Selepas itu lanjut dia pasien dirujuk ke ruma sakit dan telah mendapatkan penanganan yang maksimal.

Dinkes kata dia, memastikan tidak ada malpraktik yang dilakukan tim medis puskesmas dalam memberikan obat. Hal ini kata dia dikarenakan tim medis sudah menjalankan standar operasional prosedur (SOP) dalam layanan kesehatan di tingkat primer. '' Peristiwa ini di luar dugaan dan saat ini kami sudah membentuk tim investigasi epidemiologis,'' ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement