Jumat 07 Jul 2017 16:09 WIB

Ini Curhatan Gakin Penerima Beras Perelek Purwakarta

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Agus Yulianto
Masyarakat miskin asal Desa Wanakerta, Kecamatan  Bungursari, Purwakarta, sedang mencoba fasilitas mesin ATM beras perelek yang hari ini di louncing Pemkab Purwakarta, Kamis 1(/6).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Masyarakat miskin asal Desa Wanakerta, Kecamatan Bungursari, Purwakarta, sedang mencoba fasilitas mesin ATM beras perelek yang hari ini di louncing Pemkab Purwakarta, Kamis 1(/6).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Sebulan pascadirilisnya ATM beras perelek di empat desa di Kecamatan Bungursari, keluarga miskin (gakin) merasa terbantu. Tak hanya itu, selama sebulan terakhir gakin merasa 'kebanjiran' beras. Pasalnya, sejak awal hingga akhir Juni kemarin, mereka tiga kali mendapatkan beras bantuan.

Tanu (75 tahun), warga Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, mengatakan, selam Juni kemarin dirinya mendapat tiga kali bantuan beras. Pertama, beras perelek yang sudah diambil melalui mesin anjungan beras (atm). Kedua, beras rastra yang harganya telah disubsidi pemerintah desa sekitar 50 persen. Ketiga, bantuan perelek dari karyawan yang tergabung dalam FSPMI.

"Masing-masing program mendapatkan 15 kilogram beras. Jadi, sebulan kemarin kami dapat 45 kg beras," ujarnya, kepada Republika, Jumat (7/7).

Karenanya, sampai pekan pertama di bulan Juli ini Tanu dan isterinya masih memiliki beras. Sebab, dalam sehari dirinya hanya menghabiskan beras satu liter. Beras tersebut, bisa mencukupi kebutuhannya, isterinya serta kedua cucunya tersebut.

Dengan adanya ATM perelek ini, Tanu mengucapkan terima kasih ke pemerintahan daerah. Karenanya, perelek tersebut sangat membantu bagi gakin. Apalagi, setiap kepala keluarga mendapatkan alokasi sebanyak 15 Kg per bulannya. Tak hanya itu, berasnya juga kualitas super. "Sangat terbantu, kami jadi 'kebanjiran' beras," ujarnya dengan terkekeh.

Terkait dengan kartu ATM perelek, Tanu mengaku, hingga kini belum bisa mengoperasikannya. Karena itu, bila ingin mengambil jatah beras melalui mesin yang saat ini masih tersimpan di kantor desa itu, dirinya harus meminta bantuan aparat desa.

Selain itu, untuk membawa beras 15 kg dari kantor desa ke rumahnya itu dinilai berat. Sebab, tenaganya saat ini sudah berkurang untuk membawa beban lebih dari 10 kg. "Jadi, berasnya dititipkan saja ke RT biar dibawain ke rumah," ujarnya.

Sementara itu, Sekertaris Desa Dangdeur, Wahyudin, mengatakan, keluarga miskin di wilayahnya berjumlah 76 kepala keluarga. Data tersebut, dikeluarkan resmi oleh BPS. Selain itu, data gakin itu merupakan yang menerima program beras rastra. "Jumlahnya memang sedikit," ujarnya.

Terkait dengan ATM perelek, Wahyudin mengakui, saat ini masih aktif mesinnya. Namun, belum optimal. Sebab, versi tim IT dari pemda, mesin tersebut masih disempurnakan. Salah satunya, mengenai hitungan beras yang keluar. Misalnya, warga meminta beras dengan jumlah tiga kilogram, yang keluar hanya setengah kilogram.

Jadi, solusinya jatah beras perelek itu untuk sementara dibagikan secara manual dulu. Yakni, ketika kuotanya turun dari kabupaten, beras itu ditimbang oleh aparat. Lalu, setelah masing-masing KK mendapatkan jatah 15 kg, beras itu langsung didistribusikan ke penerima.

"Tapi, tidak ada masalah dengan mesin ini. Sebab, mayoritas warganya belum bisa mengoperasikan kartu atm-nya tersebut," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement