Kamis 29 Jun 2017 18:45 WIB

PDIP: Jaga Momentum Lebaran dengan Menolak Fitnah

Rep: ALI MANSUR/ Red: Ratna Puspita
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto
Foto: Istimewa
Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengajak seluruh pihak, khususnya para tokoh masyarakat, untuk menjaga momentum Hari Raya Idul Fitri. Caranya, yaitu hidup rukun dan menolak berbagai bentuk fitnah.

"Juga menyatukan diri dalam gerakan melawan berbagai ucapan yang menghina atau merendahkan pihak lain (hate speech)," ujar Hasto melalui keterangan resmi yang diterima Republika, Kamis (29/6).

Hasto mengatakan Hari Raya Idul Fitri merupakan bukan hanya momen untuk melakukan halalbihalal namun juga memperkuat kohesivitas sosial dengan saling bermaaf-maafan. Dia menambahkan Idul Fitri sudah menjadi peristiwa kebudayaan. Saat Idul Fitri, Hasto menerangkan, peradaban Islam masuk dalam seluruh relung kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menjaga momentum Lebaran, masyarakat akan menciptakan energi positif.

Menurut Hasto, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang telah terpilih secara sah dan mendapatkan dukungan kuat rakyat pada Pemilihan Presiden 2019 membutuhkan energi positif. Energi ini akan menjadi tambahan semangat bagi Jokowi-JK dalam menghadapi tantangan bangsa yang tidak ringan.

Hasto berpendapat Jokowi merupakan sosok Presiden yang jujur dan pekerja keras. "Tugas Beliau tidak ringan. Dengan kepemimpinan yang merakyat tersebut, dukungan ke Pemerintahan ini akan mempercepat tercapainya kemakmuran bagi rakyat," kata dia.

Hasto juga mengajak seluruh insan pers, dan aktivis media sosial untuk menjaga momentum lebaran dengan cara membangun kerjasama dan gotong royong. Itu perlu dilakukan agar muncul pemberitaan yang positif bagi seluruh bangsa.

Dia berpandangan berita dari wartawan dan media sosial sekarang ini harus menjadi cermin jiwa bangsa Indonesia. Selain cermin peradaban suatu bangsa, pers juga memberi fungsi pendidikan dan cara menyampaikan pandangan suatu bangsa.

Dari surat kabar, dia mencontohkan, publik bisa melihat mental-food atau makanan jiwa sebuah bangsa. "Marilah kita wujudkan suatu kultur komunikasi yang positif dan memberi nilai tambah bagi pematangan peradaban bangsa Indonesia," ajak Hasto. (Ali

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement