Kamis 25 May 2017 05:15 WIB

Megawati Ingatkan Pentingnya Pemahaman Geopolitik

Putra-putri Presiden Sukarno, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (ketiga kanan), Sukmawati Soekarnoputri (kanan), dan Guruh Soekarnoputra (ketiga kiri), bersama Menkumham Yasonna Laoly (kedua kiri), Menko PMK Puan Maharani (kedua kanan). Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kiri), dan Gubernur Lemhanas Agus Widjojo (keempat kiri) berpose bersama saat peresmian patung Presiden Sukarno di halaman kantor Lemhanas, Jakarta, Rabu (24/5). Patung tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap jasa Sang Proklamator sebagai salah satu pendiri bangsa Indonesia.
Foto: antara
Putra-putri Presiden Sukarno, Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri (ketiga kanan), Sukmawati Soekarnoputri (kanan), dan Guruh Soekarnoputra (ketiga kiri), bersama Menkumham Yasonna Laoly (kedua kiri), Menko PMK Puan Maharani (kedua kanan). Plt Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat (kiri), dan Gubernur Lemhanas Agus Widjojo (keempat kiri) berpose bersama saat peresmian patung Presiden Sukarno di halaman kantor Lemhanas, Jakarta, Rabu (24/5). Patung tersebut merupakan bentuk penghargaan terhadap jasa Sang Proklamator sebagai salah satu pendiri bangsa Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri menegaskan mengenai pentingnya pelajaran geopolitik kepada generasi penerus bangsa. Ilmu geopolitik ini yang ditanamkan proklamator kemerdekaan RI Sukarno ketika kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan.

"Kumpulkan calon pemimpin bangsa dari seluruh Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke untuk dapat saling mengenal dan mempererat persaudaraan dengan diberikan penceramah geopolitik," ujar Megawati saat meresmikan Monumen Proklamator Kemeredekaan RI Sukarno di Gedung Lemhanas, Jakarta, Rabu (24/5)

Peresmian patung monumen itu merupakan rangkaian dari peringatan acara HUT Lemhanas ke-52 yang bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei.

Megawati mengatakan, geopolitik adalah ilmu yang harus diketahui anak bangsa agar paham sangat menyadari di mana mereka berada sebagai manusia Indonesia. "Sebab kalau kita tidak tahu di mana posisi kita, maka kita akan berpikir bahwa bangsa Indonesia bukan apa-apa. Badan kita menyebut orang Indonesia tapi cara berpikir kita ikut orang luar," jelasnya.

Menurut dia, kalau calon pemimpin bangsa Indonesia ikut belajar geopolitik, maka dapat memahami bagaimana membangun mental sebagai bangsa yang kuat. Serta bagaimana membangun strategi menuju kejayaan Indonesia.

Dia jugamenilai, keberadaan monumen Bung Karno di Lemhanas tepat. Karena saat dia menjadi presiden, Lemhanas menjadi tempat pendidikan sekaligus pengkajian ilmu pertama yang dibuat Sukarno.

Karena itu, sambung Megawati, hakikat Lemhanas harus dikembalikan kepada rohnya sebagai tempat menimba pengetahuan dan mengkaji kebangsaan yang kuat. Sehingga yang ada di Papua tak akan merasa sentris Papua, tapi Indonesia. Begitu juga yang di Aceh dan lainnya. 

"Dari sini Bhinneka Tunggal Ika benar-benar dihayati sebagai keberagaman. Tak mungkin Indonesia diseragamkan dan dalil apa pun kalau itu berlawanan dengan kebhinnekaan akan gampang diruntuhkan," tegas Ketua Umum DPP PDIP tersebut.

Megawati menambahkan, sosok dan pemikiran Bung Karno sebagai proklamator kemerdekaan harus diketahui. Dari sisi keilmuan, Bung Karno mendapatkan predikat 23 honoris causa dalam segala ilmu dari Eropa, Asia, Afrika, dan benua lainnya. Bukan hanya politik tapi juga hukum, sosial, budaya dan sebagainya.

"Jadi alangkah sayang kalau Indonesia malah ingin menenggelamkan nama Bung Karno. Semestinyalah kita secara objektif rasional mengetahui siapa sebenarnya sosok Bung Karno ini. Mengapa dapat memerdekakan suatu bangsa yang kemudian disebut Indonesia," ungkapnya.

Menurut Megawati, ada perkataan Bung Karno yang perlu diingat, yaitu bahwa bangsa ini lemah bila mudah dipecah belah dan diadudomba. Itulah hal yang membuat kita dijajah hingga 350. "Karena itulah maka penting sekali dikaji dan dipelajari tentang bagaimana kebhinnekaan dan peraatuan itu dibangun dan diperkuat," jelasnya.

Pada kesempatan sama, Gubernur Lemhanas Agus Widjojo mengatakan, pembangunan monumen proklamator penting untuk mengingatkan kita bahwa pada 20 Mei 1965, Sukarno meresmikan Lemhanas dan diikuti dengan kualiah umum kursus reguler geopolitik. Hal ini dilakukan Bung Karno dengan dasar pemahaman bahwa seseorang tak bisa membangun bangsa yang kuat tanpa pengetahuan geopolitik.

"Dengan ilmu geopolitik, maka Indonesia bisa memahami percarutan politik dunia. Dengan ilmu itu kita sebagai bangsa akan mampu menapaki tujuan nasional kuta," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement