Selasa 16 May 2017 12:39 WIB

Wakil Ketua DPR: Rakyat Jangan Terbuai dengan Opini Intoleransi

Rep: Ali Mansur/ Red: Bilal Ramadhan
Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan.
Foto: dpr
Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Taufik Kurniawan menegaskan anggapan bahwa Indonesia sedang mengalami krisis toleransi. Terkait kejadian pengusiran sejumlah pejabat yang tidak sepaham diakibatkan karena penggiringan opini tertentu. Hal itu didukung oleh tidak terkendalinya berita-berita hoax.

Maka dari itu, kata Taufik ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh rakyat Indonesia agar toleransi sesama anak bangsa tetap terjaga. Di antaranya, menjauhkan dari stigamanisasi seolah-olah ada anti toleransi di tengah-tengah rakyat Indonesia itu sendiri. Apalagi ada negara lain yang hendak ikut campur urusan negara Indonesia. Seperti Belanda, yang ingin campur tangan.

"Apa maksudnya, ini negara kita di sini gak ada kok, insya Allah masih rukun, toleransinya masih tinggi. Rakyat kita semua, jangan terbuai dan mudah tergiring oleh opini tertentu untuk saling mencurigai, saling intoleran," tegas politikus Partai Amanat Nasional (PAN), saat ditemui di Kompleks Parlemen, Selasa (16/5).

Selanjutnya, Bangsa Indonesia harus kembali pada semangat jiwa komitmen sumpah pemuda berbangsa berbahasa dan bertanah air satu Indonesia, itu adalah komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kata Taufik, sebetulnya sumbernya pada posisi tidak terkendalinya berita-berita hoax.

Akhirnya rakyat bingung bahkan pihaknya juga bingung, apakah informasi itu benar atau tidak. Sehingga hal ini menyebabkan saling curiga dan saling provokasi dan melebar kemana-mana.

"Saya pun sebagai pimpinan kader partai maupun pimpinan saya keliling seluruh Indonesia, ke Jawa Timur ke NTT ke Sulawesi, gak ada tuh (intoleransi) yang sifatnya sedemikian rupa dari natural dari rakyat itu tidak ada," tambahnya.

Lanjutnya, saat dia ke daerah di ujung Timur Indonesia, dia tidak menemukan permasalahan apa-apa terkait toleransi. Padahal dia juga menemui kader non muslim yang memang banyak. Bahkan, kata Taufik, kader-kader non muslim sudah melakukan persiapan menyambut Ramadhan.

"Artinya ini suatu hal yang sebetulnya di kalangan elit saja. Mari kita, aparat TNI, Polri untuk menjaga keamanan NKRI kita," harap Taufik.

Terkait isu penistaan agama dan lainnya, itu dalam konteks yang berbeda, itu konteks pidana. Taufik menyatakan tidak hanya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saja, tapi semuanya. Mulai sari Arswendo, Lia Eden dan lain-lain, dan penista agama tidak hanya orang non muslim saja.

"Menistakan agama Hindu ditahan juga, harus dijadikan pelajaran. Kita harapkan jangan kemudian digiring pada opini seolah-olah intoleransi terjadi di tempat kita," tutur Taufik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement