REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren digitalisasi perlahan tetapi pasti telah membuat satu per satu media konvensional redup. Hal itu ditandai dengan turunnya oplah dan iklan, misalnya media cetak.
Koordinator aksi Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Joni Aswira Putra mengatakan, perkembangan digital telah memberi kontribusi dari tutupnya sejumlah media cetak, atau beralihnya media cetak ke edisi digital. "Para pekerja media dituntut bertransformasi cepat dengan perkembangan teknologi. Namun di sisi lain, aspek peningkatan kesejahteraan justru jalan di tempat," kata Joni, di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Senin (1/5).
Joni mengatakan, selama ini perusahaan media tampak menuntut loyalitas tinggi, tetapi tak dibarengi dengan gaji yang layak. Ia mencontohkan jurnalis di era media digital bekerja di lapangan melebihi standar waktu kerja. Selain itu, jurnalis dan pekerja media harus menguasai seluruh aspek terkait platform digital alias berkemampuan multitaksing.
Namun, Joni menyebut, pola hubungan industrial ketenagakerjaan belum semuanya adaptif dengan era digital. Ia mencontohkan, banyak perusahaan media menerapkan praktik kerja kontrak waktu tertentu yang di beberapa media bisa berlaku menahun bahkan melebihi batas waktu maksimal (dua tahun) dalam ketentuan perundangan. Terkait dengan tuntutan jurnalis menguasai berbagai kemampuan media digital, belum sepenuhnya diikuti dengan peningkatan kesejahteraan jurnalis, pemberian fasilitas dan tunjangan yang memadai.