Ahad 30 Apr 2017 18:46 WIB

Raja Aboru: Hanya Orang Frustrasi yang Mengibarkan Bendera RMS

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Bayu Hermawan
Gong Perdamaian Dunia di Kota Ambon, Maluku,
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Gong Perdamaian Dunia di Kota Ambon, Maluku,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh adat Maluku, John Riry, mengapresiasi tidak adanya bendera Republik Maluku Selatan (RMS) yang berkibar pada 25 April lalu, atau bertepatan dengan peringatan diproklamirkannya kelompok gerakan separatisme itu. Ia menegaskan, bagi warga Maluku, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah harga mati.

"NKRI harga mati untuk kami, kalau ada yang seperti itu (mengibarkan bendera RMS), mereka adalah orang-orang frustrasi," ujar Raja Negeri Aboru, Ambon, Maluku itu, Ahad (30/4).

John mengatakan tidak ada pikiran untuk menduakan NKRI. Dia menambahkan, seluruh warga Maluku tetap berkomitmen dan membangun kesatuan Indonesia bersama.

"Kami membangun bersama dan tetap komitmen NKRI harga mati," ujarnya.

Menurut dia, cara untuk meluruskan pemikiran orang yang masih mengikuri RMS adalah dengan mengingatkan mereka tentang tempat yang ditinggalinya saat ini. Dia juga menekankan bahwa negara Indonesia adalah satu-satunya negara di Nusantara.

"Dia harus tahu dimana dia tinggal. Dia harus tahu kita semua satu bangsa, Bangsa Indonesia. Tidak ada negara di dalam negara, kalau dia tidak mau mengerti pasti akan susah," katanya.

John menegaskan, jika ada orang yang mencoba membuat kekacauan atau memprovokasi dengan tujuan menentang NKRI, maka warga Maluku siap berdiri di barisan terdepan untuk melindungi keutuhan NKRI. Dia juga berdoa agar negara Indonesia tetap aman dan jaya sepanjang masa, dan dilindungi Tuhan Yang Maha Esa.

"Kalau ada yang mencoba memecah NKRI, langkahi mayat kami," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement