REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Simpang Susun Semanggi telah selesai disambung. Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pun mengaku bangga dengan cepatnya pembangunan simpang susun tersebut. Menurut Ahok, pembangunannya sudah sesuai bahkan melebihi target yakni selesai pada Juli.
Sementara di dunia maya, muncul Petisi agar simpang susun tersebut diberi nama Simpang Susun Basuki-Djarot. Petisi di laman Change.org itu diusulkan oleh Petrus Rudy sejak 27 April lalu. Petisi ditujukan ke Presiden Joko Widodo. Hingga Sabtu (29/4) pukul 19.00 sudah 7.820 tanda tangan yang menyetujui nama tersebut.
Berikut isi petisi tersebut;
Simpang susun yang saat ini melingkar indah mengelilingi jembatan semanggi, telah selesai dibangun dengan memecahkan beberapa rekor. Ada beberapa fakta menarik pada simpang susun ini
Simpang susun ini dibuat dengan teknologi pembangunan jembatan tercanggih yang ada. Terdiri dari 333 precast, pemasangannya dibutuhkan presisi yang amat sangat tinggi. Selisih beberapa sentimeter saja, akan membuat segmen ini tidak bisa tersambung. Pencahayaannya pun telah memanfaatkan teknologi komputer, dimana cahaya bisa dikontrol warna warninya dan bentuknya melalui Jakarta Command Center.
Pembangunan pun hanya satu tahun. Bandingkan dengan pembangunan proyek proyek lain, yang bahkan sering mangkrak, atau tertunda tunda dengan alasan tidak ada dana. Atau bahkan yang lebih parah, ternyata tidak layak bangun. Kalau proyek seperti ini memakan waktu satu tahun, sudah berapa tahun waktu kita terbuang percuma?
Dengan teknologi canggih, dengan pembangunan secepat itu, ternyata proyek mahakarya yang menjadi ikon Jakarta ini hanya menghabiskan 345 miliar, dari anggaran 360 miliar. Dan itu dilakukan berbarengan dengan proyek proyek lainnya yang memenuhi di setiap sudut jalan Jakarta sampai penuh sesak dengan proyek. Kalau proyek seperti ini hanya menghabiskan 345 miliar, dengan APBD 70 triliun yang ada saat ini, bisa dibayangkan berapa banyak proyek yang seharusnya bisa dilakukan selama ini?
Proyek ini adalah bukti, bahwa seharusnya kita bisa berbuat jauh lebih banyak, apabila kita melakukannya dengan benar. Jembatan semanggi hari ini adalah simbol kemacetan, titik pusat kemacetan dari Slipi, Kuningan, Thamrin, dan Senayan, yang akan diurai oleh simpang susun baru ini. Akan ada banyak masyarakat yang lalu lalang di simpang susun ini, dan jembatan ini harus mengingatkan pada kita semua, bahwa KITA BISA.
Kita terlihat seolah olah ketinggalan teknologi, kekurangan dana, atau makan waktu lama untuk sebuah proyek, ternyata hanyalah permainan politik untuk mengeruk keuntungan dari proyek tersebut. Semakin lama mereka mengulur, semakin banyak uang yang bisa diambil dari sana.
Simpang susun semanggi ini, yang berbentuk seperti cincin pelindung ini, digagas, dirancang, dilaksanakan, dan telah diselesaikan, dari awal hingga akhir oleh pak Basuki dan pak Djarot selaku wakilnya. Dan simpang susun ini akan dihadiahkan kepada kita, sebagai kado ulang tahun Indonesia pada tanggal 17 Agustus 17 nanti selain banyak persembahan persembahan lain yang sudah diberikan pak Ahok kepada warga Jakarta dalam masa pemerintahan beliau yang hanya 3 tahun ini.
Karena itu, dengan tanpa mengecilkan peranan dari bapak Jodi Firmansyah selaku perancang jembatan ini dari ITB, PT Mori Building Company, dan PT Wijaya Karya selaku kontraktor ini, jembatan yang akan menjadi ikon baru Indonesia ini tidak akan pernah ada tanpa pak Basuki yang memulainya. Dengan demikian saya rasa tidak berlebihan untuk menyematkan nama beliau kepada satu saja pemberian terakhirnya bagi warga Jakarta, sekaligus hadiah ulang tahun yang diberikannya bagi bangsa Indonesia, sebagai tanda terima kasih atas sedemikian banyaknya yang sudah diberikan beliau dalam waktu yang sangat singkat.
Kami selaku warga negara Indonesia memohon pak Jokowi untuk meresmikan simpang susun yang melingkari semanggi ini sebagai Simpang Susun Basuki-Djarot. Biarlah simpang susun ini menjadi saksi bahwa kita adalah bangsa yang tahu menghargai mereka yang telah berjasa.