REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Umum Pemuda Muhammadiyah Pedri Kasman menilai bahwa tindakan aksi rasis seorang mahasiswa bernama Steven Hadisurya kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Muhammad Zainul Majdi dan istri, sangat tidak pantas. Kata-kata mencaci yang dilayangkan sangat bersifat rasis dan kasar.
"Siapapun anak di negeri ini tidak pantas diperlakukan seperti itu, baik dia orang pribumi atau pendatang," kata Pedri melalui pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Jumat (14/4).
Sebelumnya, pada Ahad (9/4), di Bandara Changi, Singapura, terjadi kesalahpahaman antara Steven dengan Muhammad Zainul beserta istri ketika sama-sama mengantre di depan tempat check-in counter Batik Air. Steven pun melayangkan kata-kata bernada rasis, "Dasar Indo, Dasar Indonesia, Dasar Pribumi, Tiko."
Menurut Pedri, dari caranya berucap patut diduga ini kebencian yang sudah disimpan lama. Seolah pribumi itu layak direndahkan. Hal semacam ini berpotensi menimbulkan konflik SARA jika tidak dilakukan penindakan. Jika dibiarkan, kata dia, semua orang akan dengan mudah melecehkan kelompok yang tidak dia sukai.
Pedri berharap semua warga negara termasuk warga nonpribumi atau pendatang, bisa mengikuti nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. "Kesopanan, saling menghargai, tepo seliro (tenggang rasa), menghormati ulama, dan orang tua adalah warisan budaya yang harus dipertahankan," ujarnya.
Pedri bangga dengan sikap TGH Zainul Majdi yang bisa bersikap tenang dan cepat memberi maaf. Hal ini memperlihatkan bahwa TGH Zailnul Majdi merupakan teladan pemimpin yang punya nilai rasa tinggi. Sebab, seorang pemimpin memang harus akrab dengan nilai-nilai luhur dan sensitif terhadap kerusakan perilaku anak bangsa yang dipimpinnya.
Baca juga: MUI Kecam Keras Perlakuan SARA Terhadap Gubernur NTB