REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komite III DPD Fahira Idris mengatakan berbagai kecaman atas penyerangan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan tidak akan memiliki makna jika kepolisian tidak mampu mengungkap dalang di balik peristiwa tersebut.
Penyerangan fisik berupa penyiraman air keras oleh orang tidak dikenal yang menimpa Novel dikecam luas berbagai pihak, termasuk oleh Presiden Jokowi.
"Semua kecaman ini tidak akan bermakna jika polisi tidak mampu mengungkap dengan cepat siapa otak dibalik teror biadab ini," ujarnya di Komplek Parlemen, Senayan, Rabu (12/4).
Fahira mengatakan, negara harus mengerahkan semua sumber daya untuk segera mengungkap aktor intelektual dibalik teror dan serangan tersebut. Fahira juga meminta polisi meyakinkan publik bahwa polisi mampu ungkap kasus tersebut dalam tempo paling singkat.
"Kerena jika penanganan kasus ini tidak cepat, maka agenda pemberantasan korupsi dalam kondisi bahaya,” ujarnya.
Fahira menilai, teror penyerangan fisik yang dialami Novel Baswedan membuka mata semua orang atas tindakan ancaman orang-orang yang berada di KPK. Orang-orang yang selama ini menjadi ujung tombak membongkar korupsi merupakan sasaran empuk tindak kejahatan luar biasa, namun tidak mendapat perlindungan keamanan sesuai dengan tugas berat yang diemban.
"Kenyataan ini tentunya sangat miris dan memperihatinkan di tengah gagap gempita bangsa ini melawan korupsi," katanya.