Jumat 31 Mar 2017 17:28 WIB

Polisi DIY Terkesan dengan Perlakuan Istimewa Masyarakat Sudan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Setelah bertugas 14 bulan di Darfur Sudan lima personel Polisi PBB dari Polda DIY kembali ke Mapolda DIY, Kamis (31/3).
Foto: Republika/Rizma Riyandi
Setelah bertugas 14 bulan di Darfur Sudan lima personel Polisi PBB dari Polda DIY kembali ke Mapolda DIY, Kamis (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN – Pengalaman bertugas di Sudan rupanya menjadi sesuatu yang sulit dilupakan oleh pasukan polisi PBB asal DIY. Selain menghadapi tantangan adaptasi budaya dan lingkungan, mereka juga mengalami peristiwa-peristiwa unik. Di antaranya adalah perlakuan istimewa dari masyarakat setempat.

Bahkan salah satu personil Polisi PBB dari Polda DIY, Sidiq mengatakan, saat pasukan Indonesia melintas, masyarakat Sudan selalu menyambut mereka dengan hangat. “Orang-orang di sana senang dengan pasukan Indonesia,” ujarnya, kemarin.

Bahkan masyarakat Sudan menganggap pasukan Indonesia sebagai saudara mereka sendiri. Karena itu, tak jarang masyarakat setempat dan pasukan asal Indonesia mengobrol layaknya orang yang sudah saling kenal sejak lama.

Menurut Sidiq, selama bertugas di Darfur, warga sana selalu mengidentikkan pasukan Indonesia sebagai orang-orang yang murah hati. Hal tersebut mungkin terjadi lantaran pasukan Indonesia mudah berinteraksi dan dekat dengan anak-anak setempat.

Di sisi lain, Indonesia dan Sudan memang memiliki hubungan sejarah yang kuat. Di mana Presiden Pertama Indonesia Soekarno menyatakan diri sebagai orang pertama yang mengakui kemerdekaan Sudan. Hal tersebut akhirnya diingat oleh masyarakat Sudan sampai saat ini.

“Karena itu mereka menganggap kita teman,” ujar personel polisi PBB asal DIY bernama Salahudin. Selain perlakuan istimewa tersebut, hal lain yang tidak terlupakan oleh Salahudin adalah saat-saat di mana ia harus menghadapi badai gurun pasir.

Sebab seumur hidupnya, ia baru mengalami badai pasir saat bertugas di Darfur. Ia menceritakan, saat badai pasir mulai terjadi, suasana sekelilingnya menjadi gelap dan cokelat pekat. Kemudian muncul gemuruh yang sangat keras.

“Ya kalau di Yogyakarta, kejadiannya mirip ketika Erupsi Merapi lah,” ujar Salahudin sambil mengingat-ingat peristiwa badai pasir yang pernah ia alami. Lantaran bertugas di Darfur selama 14 bulan, ia pun melewati kejadian tersebut beberapa kali.

Namun demikian, peristiwa tersebut dianggapnya sebagai sesuatu yang unik. Bahkan ia menganggap bertugas mengamankan aset-aset PBB di wilayah konflik menjadi sebuah kebanggan. Lantaran tidak semua orang bisa menjalankan tugas yang sama dengannya.

Sementara itu, Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dofiri mengaku bangga dengan lima personilnya yang sudah berhasil menyelesaikan misi di luar negeri. “Mereka tugas di sana memiliki tanggungjawab yang luar biasa dan penuh tantangan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement