REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wakatobi, Sulawesi Tenggara, mulai mengembangkan destinasi pariwisata budaya, terutama seni budaya dan berbagai tradisi kearifan lokal masyarakat Wakatobi.
"Pengembangan destinasi pariwisata budaya Wakatobi kami mulai dengan pagelaran Festival Tukang Besi di Pulau Binongko," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, Nadar melalui telepon dari Wangiwangi, ibu kota Kabupaten Wakatobi, Kamis (30/3).
Menurut dia, festival budaya di Pulau Binongko tersebut dinamakan Festival Tukang Besi karena di masa lampau masyarakat di pulau tersebut sangat mahir membuat alat-alat perkakas pertanian seperti parang dan linggis maupun alat-alat rumah tangga seperti pisau dan periuk dari bahan besi atau baja.
Belakangan ini, kata dia, warga yang menekuni profesi membuat alat-alat pertanian maupun rumah tangga dari bahan besi atau baja sudah mulai langka.
"Nah, dalam upaya melestarikan tradisi budaya masyarakat yang mahir memuat alat-alat pertanian maupun rumah tangga dari bahan besi, maka Pemerintah Kabupaten Wakatobi membuat sebuah kegiatan yang kami sebut Festival Tukang Besi," katanya.
Selain festival Tukang Besi di Pulau Binongkoa, Pemkab Wakatobi juga mengembangkan destinasi pariwisata budaya di Pulau Tomia yang dikemas dalam Festival Masyarakat Desa Kulati.
"Festival masyarakat Desa Kulati di Pulau Binongko digelar setiap selesai merayakan hari raya Idul Fitri. Peserta dari festival tersebut selain masyarakat yang tinggal di pulau Tomia, juga masyarakat Tomia di rantau yang hanya kembali merayakan Idul Fitri bersama keluarga di kampung," katanya.
Pada festival tersebut, kata dia, masyarakat Kulati menggelar berbagai lomba seni budaya dan tari-tarian tradisional masyarakat yang digelar selama sepekan.
Ia mengatakan dalam mengembangkan destinasi pariwisata budaya termasuk peningkatan kualitas sumber daya manusia pariwisata, Pemkab Wakatobi tahun ini mengalokasikan dana melalui APBD sebesar Rp9 miliar lebih.
Ikuti Whatsapp Channel Republika