Rabu 22 Feb 2017 20:05 WIB

Anggia Prihatin dengan Tingginya Angka Pernikahan Anak

Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Anggia Ermarini (kedua dari kanan).
Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Anggia Ermarini (kedua dari kanan).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) Anggia Ermarini mengaku prihatin dengan tingginya angka pernikahan anak di Indonesia. Hal ini menjadi fokus perhatian Fatayat NU yang peduli dengan isu perempuan dan anak.                    

Menurut Anggia, berbagai penelitian telah menunjukan dampak pernikahan anak, antara lain menyebabkan kesehatan terganggu, melahirkan dalam kondisi masih terlalu muda namun secara biologis belum siap, dan memicu tingkat kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang tinggi.

Di Indonesia, kata Anggia, kasus pernikahan Anak  masih tinggi. Menurut Anggia, angkanya hampir 50% dari pernikahan yang tercatat. "Nah, kalau mau melihat yang tidak tercatat, pasti jauh lebih besar lagi. Ini fenomena gunung es," ungkap Anggia saat menjadi pembicara dalam Seminar Kajian Perkawinan Anak dan Strategi Penanggulangannya, Rabu (22/2).

Di tingkat ASEAN, Indonesia bahkan juara 2 untuk kasus pernikahan anak, setelah Kamboja. Pernikahan anak ini sering dilandasi doktrin agama dengan alasan tidak boleh pacaran dan lebih baik menikah dari pada berzina.     

Kedua, tekanan sosial yang sering menjadi kegelisahan orang tua ketika punya anak gadis yang belum menikah di usia 14 tahun. Terakhir, karena alasan ekonomi.

Menurutnya, kemiskinan ini menjadi alasan orang tua untuk melarikan si anak dari serba kekurangan. Orang tua berharap setelah menikah si anak bisa lebih sejahtera, sebaliknya si anak merasa bisa membantu ekonomi orang tua dengan menikah dan tidak perlu menyekolahkan lagi.  "Selain itu, kondisi ekonomi yang sulit membuat gizi buruk tidak hanya terjadi pada ibunya saja tetapi juga pada anak," ujarnya.  

Anggia menekankan, menikah tidak hanya urusan membuat yang haram menjadi halal. Menurutnya, menikah adalah membangun rumah tangga menjadi bagian dari komunitas nasional.

"Ada nilai yang akan kita transfer ke anak-anak kita, mencetak generasi yang berkualitas, sholeh sholehah, bermanfaat bagi orang banyak," ujarnya.

Anggia menambahkan, pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting untuk menekan angka pernikahan anak. Untuk itu, Fatayat NU melalui forum keagamaan di setiap desa untuk memberikan pendidikan bagi para ibu-ibu muda tentang kesehatan reproduksi. "Forum ini rutin diselenggarakan di tiap minggu, bulan, dan tahun," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement