REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah guru besar di bidang kedokteran menyampaikan harapannya untuk dapat bertemu langsung dengan Presiden Prabowo Subianto. Dalam pernyataan yang disampaikan kepada media di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (12/6/2025), para akademisi tersebut menekankan pentingnya dialog terbuka demi menyampaikan kegundahan mereka terhadap arah kebijakan kesehatan nasional serta polemik dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
Prof Siti Setiati mengatakan, surat yang mereka kirimkan kepada Presiden Prabowo telah mendapat tanggapan awal dari Istana. "Sudah ada respons bahwa akan diperhatikan, suara-suara guru besar itu sangat penting, akan kami perhatikan, tapi baru sampai situ, belum ada lanjutannya," kata Siti.
Dia menjelaskan, Forum Guru Besar Kedokteran Indonesia berharap, dipanggil berdialog secara langsung dengan Prabowo. Sehingga, Siti bisa menjelaskan dengan lebih jernih kegundahan para akademisi terkait kebijakan Menkes Budi. Siti menyadari, sebagai guru besar, banyak di antara koleganya yang menggunakan bahasa ilmiah yang dirasa sulit dipahami masyarakat awam.
"Jadi ayo kita ngobrol, dua jam barangkali, gitu ya kami tahu Bapak Presiden sangat sibuk, tapi ayo deh hampir 400 guru besar lo guru besar yang bergabung, belum lagi guru besar dari fakultas hukum, dari fakultas-fakultas lain, udah mulai bergabung dengan kami," kata dokter spesialis penyakit dalam UI tersebut.
Salah satu kegundahan tersebut sudah disampaikan dalam pernyataan terbuka, yakni kepemimpinan Menkes Budi telah kehilangan kemampuan untuk menghadirkan keteduhan dan merangkul kolaborasi dalam agenda reformasi kesehatan. Mereka pun menyerukan agar pemerintah mengambil langkah nyata merespons suara keprihatinan para guru besar.
Prof Teddy Prasetyono menambahkan, suara para akademisi bukanlah tanpa dasar. Oleh sebab itu, ia berharap, pintu komunikasi bisa dibuka oleh Presiden Prabowo. "Insan akademis di proses guru besar itu bukanlah orang yang boleh dianggap asal bicara saja. Perhatiannya memiliki dasar-dasar yang sudah berulang kali narasinya kita dengar, apa sebetulnya yang kami suarakan itu," katanya.
Jika memang Istana mendengarkan, pihaknya tentu mengucapkan terima kasih atas kegundahan yang direspons. "Kami sangat berterima kasih bila pintu Bapak Prabowo dibukakan untuk kami," kata Teddy.