Ahad 19 Feb 2017 09:39 WIB

Lima Ikan Arab, Humor Pepo, dan Lucuan di Putaran Dua Pemilukada

Warga yang tergabung dalam kelompok Bangga Jakarta melakukan aksi damai menggunakan topeng pasangan calon Gubernur DKI Jakarta saat menyampaikan Petisi Pilkada Damai di depan Kantor KPU DKI Jakarta,Jakarta Pusat, Kamis (13/10).
Foto:
Sosialisasi Pilkada DKI

Kini memasuki putaran kedua, sisi humor agaknya masih akan menjadi senjata masing-masing kubu, baik Ahok-Djarot maupun Anies-Sandi.

Kubu Ahok sepertinya masih mengandalkan serangan lelucon dan meme untuk mem-bully lawan di media sosial. Di sisi lain, Anies-Sandi dengan strategi humor cerdas yang lebih fokus pada penguatan karakter dan program.

Tapi di sisi lain, lelucon yang pada awalnya menimpa AHY yang sudah tersingkir malah akan menentukan hasil putaran dua. Pendukung Agus-Sylvi yang pada putaran pertama jadi korban bully, kini berbalik memegang kendali.

Menyerang lawan yang suaranya paling rendah memang sejatinya malah menjadi bumerang dalam sistem pemilihan seperti Pemilukada DKI ini. Kebijakan sejumlah tokoh politik, timses, hingga Ahok yang dalam sejumlah kesempatan menyerang Agus, Partai Demokrat, dan SBY kini jadi senjata yang terancam membunuh balik mereka pada putaran kedua.

Karena itu wajar jika kini buzzer Ahok sedang sibuk-sibuknya meredam dan menghapus unggahan meme mem-bully SBY dan Agus. Mereka malah berbalik sibuk memuji setinggi langit Agus demi meraih simpati pemilihnya.

Di sisi lain, kini saatnya kubu Agus yang bisa balas 'mem-bully' lawannya di kotak suara. Karena dengan 900 ribu suara yang mereka miliki, suara Agus akan sangat berpengaruh menentukan siapa pemenang Pemilukada DKI pada putaran kedua. Sebab, di sisi lain, Ahok cuma unggul sekitar 150 ribu suara pada putaran pertama atas Anies.

Melihat kondisi ini, sejenak saya bekhayal membayangkan kubu Agus sedang memutar kembali bully-an dari pendukung Ahok. Dari mulai lelucon soal pepo, si mantan, lebaran kuda, demo nasi bungkus, maupun soal Antasari.

Tentu semua kini sedang sibuk merayu kubu SBY dan Agus. Imbalannya bisa dengan mahar politik. Maharnya tentu bukan seperangkat mobil berisi nasi bungkus. Bukan pula dengan sepeda atau ikan tongkol.

Tapi, tokoh sekelas SBY sulit diprediksi. Sulit untuk menerka apa langkah pemimpin yang dikenal sebagai ahli taktik ini pada putaran kedua.

Tapi menjadi seorang SBY saat ini sungguh nyaman. Dia mungkin saja sedang tertawa melihat bagaimana musuh politiknya, kini berbalik menjilatnya.

SBY bisa memetik gitar sambil bernyanyi lagu melankolis kepada para lawan politiknya. Tembang yang pas untuk dibawakan mungkin adalah lagu populer Tetty Kadi berjudul "Balada Seorang Minta-Minta".

Namun, belum juga lagu koalisi terdengar dari SBY, sebuah fiksi humor sudah ramai menghiasi sosial media.

Kisah fiksinya seperti ini. Singkat cerita, SBY akhirnya diajak bertemu untuk membahas koalisi di Istana.

SBY pun sepakat akan memberi hadiah dukungan pada putaran kedua pemilukada. "Syaratnya penghuni istana bisa menyebut lima nama ikan dalam bahasa Arab!"

Si empunya istana pun menjawab. "Ikan kakaf, ikan fatin, ikan fari, ikan faus, dan ikan fefes."

SBY pun menjawab, "Ya udah, sana ambil sepedanya."

Duh, Pepo jahat....

Kisah di atas tentunya hanya rekaan. Jangan terlalu serius pula menanggapinya. Cukup tersenyum saja sambil menunggu betapa lucunya putaran kedua pemilukada.

Apa pun itu, putaran pertama Pemilukada DKI telah berlalu. Kini saatnya mengendurkan tensi dengan tertawa. Dan mari kita tertawa sebelum tertawa itu dikriminalisasi!

 

*Abdullah Sammya, Jurnalis Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement