REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Sedikitnya 35 orang warga di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mengungsi karena banjir yang terjadi di kecamatan tersebut.
"Ini warga mengungsi ke balai kelurahan. Air hingga kini belum surut sehingga kami mengevauasi mereka," kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Ganef Rahmawanto di Blitar, Sabtu (11/2).
Ia mengatakan, banjir terjadi di sejumlah daerah di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar, misalnya di Kelurahan Kedungbunder dan Kelurahan Sutojayan.
Banjir terjadi setelah hujan hampir semalaman di Kabupaten Blitar. Air terus menggenang tinggi di daerah tersebut, dengan beragam ketinggian mulai hingga 20 sentimeter hingga sekitar 1,5 meter. "Banjir ini terjadi karena intensitas hujan yang tinggi. Selain itu, ada tanggul yang jebol sehingga air melimpah ke perkampungan warga," ujarnya.
Ia menyebut tanggul yang jebol itu di Kecamatan Sutojayan, dengan panjang hingga 20 meter. Perbaikan tanggul pun tidak bisa secepatnya dilakukan karena hingga kini hujan belum berhenti. "Ini masih gerimis. Sebagian besar rumah warga juga masih banyak yang terenda," kata Ganef.
Sejumlah warga mengatakan terpaksa mengungsi karena air semakin tinggi masuk ke dalam rumah. Salah satunya diungkapkan oleh Misbah. "Hujan terus turun. Kalau di rumah, tidak terlalu tinggi, tapi ini semakin tinggi, jadi kami mengungsi," kata Misbah.
Endang, warga lainnya, mengaku mengungsi ke rumah kerabatnya. Selain air yang semakin tinggi, ia juga ingin menyelamatkan cucunya yang baru dilahirkan. "Ini mau mengungsi ke rumah keluarga, airnya 1 meter lebih. Anak saya baru operasi cesar dan ini tadi cucu digendong sama kakeknya, kami mengungsi," katanya.
Selain merendam rumah warga di sejumlah daerah Kecamatan Sutojayan, banjir juga merendam jalan hingga areal sawah warga. Kondisi itu membuat aktivitas warga menjadi terganggu. Warga berharap tanggul yang jebol segera diperbaiki sehingga banjir tidak lagi terjadi. Selain itu, warga pun bisa beraktivitas dengan tenang.