Senin 23 Jan 2017 20:44 WIB

TNI: Penyelundupan Terjadi Saat Satgas Lain Pulang ke Indonesia

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bilal Ramadhan
 Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal TNI Wuryanto memberikan keterangan pers terkait penyelundupan senjata di Sudan di Kantor Puspen Mabes TNI, Jakarta, Senin (23/1).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal TNI Wuryanto memberikan keterangan pers terkait penyelundupan senjata di Sudan di Kantor Puspen Mabes TNI, Jakarta, Senin (23/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal Wuryanto mengakui peristiwa penangkapan terhadap pihak yang menyelundupkan senjata di Bandara Al-Fashir, Sudan, memang betul terjadi. Kejadian itu terjadi saat pemulangan satuan tugas (satgas) lain ke Indonesia karena sudah selesai bertugas di Sudan.

"Yang jelas, satgas kontingen garuda XXXV-B (Unamid) yang saat ini bertugas di Sudan, masih melaksanakan penugasan sampai Maret (2017). Peristiwa di bandara adalah pada saat pemulangan satgas yang lain ke Indonesia karena selesai melaksanakan tugas," kata Wuryanto saat konferensi pers di kantor Puspen TNI, Cilangkap, Jakarta, Senin (23/1).

Seperti diketahui sebelumnya, ada dua misi perdamaian di Sudan di bawah bendera Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Pertama adalah TNI di mana dalam misi tersebut bertugas pada United Nations Missions in Darfur (Unamid).

Kedua, adalah Kepolisian RI yang melakukan misi perdamaian pada Satgas Formed Police Unit (FPU). Satgas yang kembali ke Indonesia, tutur Wuryanto, memang kebetulan adalah rekan-rekan dari FPU.

"Satuan tugas yang kembali, kebetulan dari rekan-rekan dari FPU, silakan konfirmasi ke sana, saya yakin itu juga tidak," ujar dia.

Wuryanto menjelaskan, dalam melaksanakan tugas di Sudan, antara Unamid dan FPU tentu berbeda. Meski demikian, koordinasi antarkeduanya terus dilakukan saat bertugas di bawah misi perdamaian PBB itu.

"Dalam melaksanakn tugas, penugasannya berbeda antara TNI dengan kepolisian. Sangat jauh berbeda. Tapi koordinasi sesama membawa bendera Indonesia pada satgas PBB ini saya kira semuanya melaksanakan koordinasi terus menerus," tutur Wuryanto.

Jenderal bintang dua itu juga memaparkan, saat pemeriksaan di bandara Al-Fashir, Sudan, memang diketahui ada benda-benda yang mencurigakan. Saat dicek, lanjut dia, ternyata memang senjata. Terkait barang tersebut milik siapa, Wuryanto mengatakan itu masih dalam penyelidikan.

"Jadi sekali lagi, adanya barang tidak ada hubungannya dengan kontingen garuda Unamid XXXV-B. Terkait kronologis kejadian secara utuh, silakan konfirmasi ke rekan-rekan kita yang lain," ucap dia.

Wuryanto menyampaikan, hingga saat ini pasukan kontingen garuda Unamid XXXV-B masih utuh dengan total 850 personel. Seluruh pasukan tersebut baru akan kembali pada Maret 2017 ini sehingga tidak memiliki hubungan dengan kejadian di bandara Sudan itu.

"Unamid tidak ada hubungannya dengan peristiwa ini. Pasukan unamid masih utuh, 850 orang di Sudan, ini akan kembali pada Maret yang akan datang. Jadi enggak ada hubungannya," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement