REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemkes) menyebut Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi tertinggi angka kekurangan gizi pada anak. Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan, pihaknya berupaya memberikan makanan tambahan pada ibu hamil. Sebab, ia mengatakan, berdasarkan hasil pemetaan, banyak ibu hamil di daerah tertentu yang mengalami kekurangan energi kronis. Hal tersebut berdampak pada asupan gizi pada anak-anaknya.
"NTT paling buruk dibandingkan negara lain. Kalau NTT dengan 25,4 persen masih tinggi," kata dia di kantor Kemkes, Jakarta, Kamis (29/12).
Nila menyebut, rerata angka kekurangan gizi di Indonesia sebesar 18 persen. Padahal, angka yang diminta oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni 10 persen.
Nila menuturkan kecukupan gizi bagi anak-anak penting untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Namun, ia melanjutkan, angka kekurangan gizi di sejumlah daerah di Indonesia masih tergolong tinggi. Bahkan, angkanya melebihi yang ditetapkan WHO, yakni 10 persen.
"Kalau pemataan, di perbatasan NTT termasuk yang angkanya jelek untuk nutrisi gizinya. Jadi presiden minta ke kita PMT (pemberian makanan tambahan)," tutur dia.
Menurut Nila, pemberian PMT bagi anak harus diikuti asupan makanan bergizi yang sudah diketahui masyarakat setempat. Salah satunya, yakni, pemberian ASI selama enam bulan dan makanan pendamping protein. Ia meminta para ibu harus menjaga 1.000 hari pascakelahiran anak.
Menurut Nila, terdapat budaya di daerah tertentu yang membuat seorang ibu tidak bisa memberikan ASI berkualitas. Kendati demikian, ia mengatakan, seorang ibu harus paham bagaimana memberi makan dan mendidik anak-anaknya.
"Status perempuan yang harus diangkat. Pengaruh budaya begitu kuatnya di NTT, perempuan tak berdaya. Angka dari nusantara sehat, hampir 70 persen ibu tidak memberikan ASI. Ini nggak benar," tutur Nila.