Rabu 14 Dec 2016 16:05 WIB

Ini Empat Alasan Mengapa Agus Yudhoyono Unggul Menurut LSI

Calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono bergerilya dengan menyapa para pedagang di Pasar Tanah Abang, Kamis (1/12)
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Calon gubernur DKI Jakarta, Agus Harimurti Yudhoyono bergerilya dengan menyapa para pedagang di Pasar Tanah Abang, Kamis (1/12)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- LSI Denny JA mengungkapkan empat alasan mengapa Agus-Sylvi unggul dalam survei pilkada DKI.  Alasan pertama, d iantara ketiga calon gubernur, Agus Harimurti Yudhoyono adalah cagub dengan tingkat kesukaan atau penerimaan paling tinggi.

"Tingkat kesukaan Agus sebesar 77,10 persen. Tingkat kesukaan Anies sebesar 74,30 persen. Dan tingkat kesukaan Ahok sebesar 53,70 persen. Semakin disukai semakin besar probabity calon dipilih," tulis Denny JA di laman Facebook-nya.

Kedua, Agus-Sylvi lebih sukses menarik simpati pemilih mayoritas yaitu menengah-bawah (ekonomi) dengan program pro rakyatnya. Total populasi dengan penghasilan 3,5 juta ke bawah sebesar 65 persen.

Menurut Denny, tiga program rakyat Agus-Sylvi yaitu program bantuan 50 juta/unit usaha untuk modal bergulir, program bantuan tunai 5 juta/tahun untuk keluarga tak mampu, dan bantuan 1 Miliar per RW/RT disukai rata-rata di atas 70 persen oleh pemilih ekonomi menengah-bawah (pendapatan di bawah 3.5 juta/bulan).

Ketiga, Agus-Sylvi lebih mewakili spektrum ideologi “tengah”. Survei LSI menunjukan sebesar 45,8 persen pemilih DKI Jakarta mengidentifikasi ideologi politik mereka “nasionalis religius”. Hanya 18,2 persen menyatakan mereka berideologi nasionalis sekuler, dan 16,5 persen berideologi agama.

Ketika ditanya dari 3 pasangan calon gubernur, manakah yang mewakili ideologi nasionalis religius, nilai Agus Harimurti Yudhoyono paling tinggi. Sebesar 32,5 persen menilai Agus mewakili ideologi nasionalis religius, 26,1 persen menyatakan Anies, dan 24,8 persen menyatakan Ahok.

Baca juga, Agus Yudhoyono Ungguli Ahok dalam Survei Terbaru.

Keempat, Agus-Sylvi dianggap sebagai pasangan paling minim kontroversi. Hal yang dimaksud dengan kontroversi di sini adalah pasangan calon yang pernyataan, perilaku dan kegiatannya menimbulkan pro dan kontra.

Pasangan Ahok-Djarot dinilai paling banyak menimbulkan kontroversi yaitu 52,4 persen, Anies-Sandi sebesar 20,3 persen, dan Agus-Sylvi sebesar 13,2 persem.

"Publik Jakarta tak menyukai kandidat yang kontroversial, yang acapkali menyulut hiruk pikuk yang tak produktif," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement