REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengklaim telah memberikan peringatan dini akan terjadi gempa yang melanda Aceh.
"Jauh hari sudah kami berikan peringatan, peringatan kami berupa pemetaan daerah jalur-jalur gempa dan ternyata Aceh menjadi daerah dengan tingkat kategori menengah berat," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Ego Syahrial ketika ditemui di Jakarta, Kamis (8/12).
Kategori tersebut berdasarkan temuan bahwa Provinsi Aceh ternyata menjadi salah satu lokasi pertemuan antara dua lempeng yang besar yaitu lempeng Hindia-Australia dan Eurasia. Ia menjelaskan bahwa jika lempeng tersebut bergerak sedikit saja akan memberikan guncangan yang besar.
Saat ini Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah menurunkan tim di lokasi gempa Kabupaten Pidie Jaya, Aceh untuk mempelajari kembali pemetaan yang sudah bergerak. "Lempengnya memang besar di Provinsi Aceh, namun prediksi kami yang melewati Kabupaten Pidie Jaya hanya cabang-cabang dari lempengan tersebut, ini sedang kami pelajari jalurnya," katanya.
Menurut dia, ada dua cabang lempeng yang melewati Kabupaten Pidie Jaya yaitu cabang lempeng Samalanga dan Sekar Meridu. Meski demikian, belum diketahui lempeng mana yang menyebabkan kerusakan besar tersebut. Saat ini, tim sedang berkoordinasi untuk mempelajari jalur cabang lempeng dan memetakan kembali sudah sejauh mana perkembangan lempeng tersebut bergerak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pusat sudah mencatat sebanyak 12 kali gempa bumi susulan mengguncang Provinsi Aceh pascagempa 6,4 pada skala Richter yang berpusat di Kabupaten Pidie Jaya, hingga Rabu (7/12). Informasi dari Humas BMKG Taufan Maulana, Rabu (7/12), hingga pukul 08.15 WIB telah terjadi 12 kali gempa susulan dengan kekuatan yang terus mengecil. Terakhir tercatat gempa susulan dengan kekuatan bervariasi 4,0 pada Skala Richter hingga 3,2 pada Skala Richter menggoyang provinsi paling barat Sumatra tersebut.