Rabu 07 Dec 2016 17:18 WIB

BNPB Kekurangan Alat Berat Tangani Dampak Gempa Pidie

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).
Foto: Antara/Ampelsa
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tim gabungan masih mengalami kekurangan alat berat untuk menangani kondisi pascagempa di Aceh. Selain itu, tambahan personel tenaga medis juga dibutuhkan untuk menangani korban gempa.

"Salah satu kendala kami adalah kekurangan alat berat. Sebab, lokasi kerusakan akibat gempa bumi berada di beberapa tempat," ujar Sutopo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (7/12).

Saat ini, tim gabungan dari BPBD, tagana, TNI dan Polri telah mengrahkan tiga ekskavator ke lokasi bencana. Ketiga alat berat itu berada di Kecamatan Meurdeu, Kabupaten Pidie Jaya.

Selain alat berat, lanjut Sutopo, masyarakat setempat juga membutuhkan tambahan bantuan tenaga medis dan bahan makanan siap saji. Sebagian besar masyarakat yang sebelumnya meninggalkan rumah, kini telah pulang ke tempat tinggal masing-masing. "Mereka yang rumahnya mengalami kerusakan berat sudah ditempatkan di pengungsian, " tambah Sutopo.

Sebelumnya, gempa berkekuatan 6,4 skala richter mengguncang Aceh  sekitar pukul 05.03 WIB, Rabu pagi. Gempa tersebut  tidak berpotensi tsunami.

Berdasarkan data yang dihimpun dari BNPB, pusat gempa Aceh berada pada 18 kilometer sebelah Timur Laut Kabupaten Pidie Jaya. Kedalaman titik gempa terletak pada 10 kilometer di bawah permukaan tanah.

BNPB mencatat sudah ada 52 orang meninggal akibat gempa Aceh. Selain itu, ada 73 orang menderita luka berat, 200 korban mengalami luka ringan dan 10 ribu santri terdampak gempa. Seluruh korban berasal dari Kabupaten Bireuen dan Kabupetan Pidie Jaya.

Gempa juga merobohkan 105 ruko, 123 rumah, 14 masjid, satu RSUD, satu swalayan dan satu sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement