REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengatakan, gempa yang terjadi di Aceh tidak berpotensi tsunami. Sebab pusat gempa berkekuatan 6,4 SR berada di daratan. Namun, Ego justru menilai dampak yang ditimbulkan lebih parah. Apalagi pusat gempa cukup dangkal yakni 10 kilometer.
"Karena berada di daratan maka dampak yang terjadi cukup luar biasa. Di mana banyak kerusakan bangunan akibat goncangan gempa besar yang disusul gempa-gempa kecil," kata Ego kepada wartawan di Auditorium Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu (7/12).
Ia menyebutkan hal tersebut tampak dari laporan-laporan dan info yang beredar di mana retakan dan gedung yang nyaris roboh akibat gempa pagi tadi. Ego pun meminta masyarakat korban gempa untuk lebih waspada. Dengan tidak berada di dekat atau di dalam bangunan yang hampir roboh hingga kondisi dinyatakan aman oleh BNPB. Mengingat potensi gempa susulan masih bisa terjadi.
"Dengan gempa kecil pun kami minta masyarakat waspada dan koordinasi dibawah BNPB daerah, ini kan kondisi bangunan cukup berbahaya, sebagian retak, ada gempa kecil sedikit bisa roboh," ujarnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk mengikuti panduan yang dikeluarkan dari BPBD. Hal ini untuk memperkecil peluang bertambahnya korban jiwa akibat bencana tersebut. Tambahnya, Aceh memang menjadi daerah dengan zona merah. Di mana termasuk wilayah yang dipetakan rawan bencana gempa.
Menurutnya wilayah Aceh memiliki banyak sesar aktif. Apalagi wilayah yang menjadi ujung barat Indonesia ini berada pada ujung dari pergerakan lempengan bumi. Sehingga rawan terjadi gempa.